Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) punya prospek yang menarik pada tahun ini. Semakin berkembangnya lini bisnis geothermal hingga naiknya permintaan plastik domestik bisa mendongkrak kinerja Barito Pacific.
Namun, harga saham BRPT pada tahun ini dinilai juga akan dipengaruhi oleh sentimen dari salah satu anak usahanya, yakni PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Hal tersebut diungkapkan oleh analis Bahana Sekuritas Jason Chandra. Dengan kepemilikan 39% pada TPIA, maka kinerja Chandra Asri akan turut berpengaruh.
Jason menjelaskan, saat ini pelaku pasar tengah menanti kejelasan mengenai keputusan akhir terkait final investment decision untuk proyek komplek Chandra Asri Perkasa (CAP) 2 yang senilai US$ 5 miliar.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Barito Pacific (BRPT) yang Mencetak Kenaikan Laba 157%
Menurut dia, pasar ingin mengetahui detail terkait sumber pendanaan proyek tersebut beserta dampaknya ke neraca keuangan TPIA. Selama belum ada pengumuman, ada potensi terciptanya ketidakpastian di pasar.
“Saham TPIA terbukti underperformed ketika berada pada periode siklus anggaran belanja modal yang tinggi pada 2018 silam. Dengan BRPT punya porsi 39% terhadap saham TPIA, maka sahamnya juga akan terpengaruhi kondisi tersebut dan berada pada situasi yang sama,” kata Jason dalam risetnya pada 8 April 2022.
Kendati begitu, dia melihat BRPT seharusnya bisa membatasi efek tersebut mengingat BRPT memiliki stabilitas yang baik pada bisnis geothermalnya. Menurutnya, keberadaan bisnis Star Energy diharapkan dapat memberikan opsi diversifikasi dan stabilitas arus kas bagi BRPT di tengah perkembangan pembangunan proyek CAP2 ke depan.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Barito Pacific (BRPT) di Tengah Kenaikan Permintaan Plastik
Meski demikian, Jason saat ini belum memfaktorkan Star Energy yang berencana mencari peluang pertumbuhan baru sembari menunggu kejelasan lebih lanjut tentang proyek-proyek yang dapat muncul dari lelang energi terbarukan pemerintah di masa depan.
Senada, Head of Research Henan Putihrai Sekuritas Robertus Hardy meyakini pada tahun ini bisnis geothermal masih akan menjanjikan dan bisa mendongkrak kinerja BRPT. Pasalnya, saat ini dan ke depannya, investasi berbasis ESG semakin meningkat dan bisa menjadi katalis positif untuk bisnis Star Energy.
Selain itu, ia melihat secara prospek, potensi energi terbarukan di bawah Star Energy masih sangat besar dan menjanjikan. Terlebih lagi, beberapa blok eksplorasi milik perseroan diperkirakan dapat meningkatkan kapasitas pembangkitan listriknya masing-masing yang bisa semakin mendorong kinerjanya.
Baca Juga: Chandra Asri (TPIA) Akan Melanjutkan EPC Building Pabrik CAP 2
Sementara dari lini bisnis petrokimia, Robertus meyakini BRPT seharusnya diuntungkan karena masih ada peluang membaiknya permintaan bahan baku plastik di dalam negeri. “Tapi, bisnis ini dihadapkan pada tantangan kenaikan harga bahan baku nafta yang bisa menggerus profitabilitas. Akan tetapi, potensi penurunan tersebut seharusnya bisa diimbangi oleh lini bisnis geothermal,” ujar Robertus kepada Kontan.co.id, Kamis (21/4).
Jason memproyeksikan BRPT bisa membukukan pendapatan sebesar US$ 3,3 miliar dengan laba bersih mencapai US$ 112 juta tahun ini. Artinya, pendapatan emiten milik taipan Prajogo Pangestu ini diperkirakan naik 4,76% dan laba bersih meningkat 2,75%.
Saat ini Jason memberikan rekomendasi hold untuk saham BRPT dengan target harga Rp 900 per saham. Sedangkan Robertus menyematkan rating beli untuk saham BRPT dengan target harga Rp 1.100 per saham. Adapun, pada perdagangan hari ini, Kamis (21/4), saham BRPT ditutup menguat 230% ke level Rp 890 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News