Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat
Secara umum, William menilai kinerja perbankan akan tetap prospektif dalam jangka panjang. Saat kondisi kembali normal, masyarakat akan kembali membangkitkan kegiatan bisnis di sektor riil. Penyaluran kredit akan kembali pulih bila bisnis berjalan.
Andre juga melihat keuangan BBCA akan bisa tetap bertahan solid, dengan dukungan cost of fund yang murah. Hal tersebut terlihat dari current account saving account (CASA) BBCA yang tumbuh 21% yoy.
Secara total kepemilikan aset BBCA masih baik, naik 15,8% yoy. Memang, rasio non performing loan (NPL) naik ke 2,4% dari 2,1% di 2020 lalu.
Baca Juga: Simak prediksi bankir soal laju pertumbuhan kredit pada semester kedua
Tapi, Andre mengatakan kualitas kredit BBCA masih baik karena NPL coverage juga bertumbuh dari 204,5% di semester I-2020 menjadi 230,6% di semester I-2021. "Jadi secara kualitas aset, BBCA, sangat baik," kata Andre, Kamis (22/7).
Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 17,5% yoy, dari Rp 761,6 triliun menjadi Rp 895,23 triliun di semester I-2021. Sementara net interest margin (NIM) BBCA terkoreksi 0,7% yoy ke 5,3% dari 6% di semester I-2020.
Rahmi Marina, Analis Maybank Kim Eng, memprediksi NIM BBCA masih turun jadi 5,1% di tahun ini. Karena itu Rahmi merekomendasikan sell dan memasang target harga Rp 26.500 per saham bagi BBCA.
Sementara, Analis NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar merekomendasikan beli BBCA dengan target harga Rp 38.000 per saham.
Selanjutnya: Strategi Bank Central Asia (BBCA) mempertahankan kinerjanya di tengah pandemi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News