Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan terbuka bidang pertambangan yang berada di bawah naungan holding pertambangan MIND ID telah melaporkan kinerja keuangannya. Hasilnya, ada yang mengalami penurunan laba bersih hingga menanggung kerugian.
Kinerja mentereng ditunjukkan oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Emiten penjaja logam mulia (LM) ini membukukan laba bersih senilai Rp 835,78 miliar pada kuartal III-2020, naik 30,28% secara tahunan. Secara kuartalan, laba bersih ANTM naik hingga 105% dibanding kuartal sebelumnya.
Dari sisi penjualan, ANTM membukukan pendapatan senilai Rp 18,03 triliun, turun 26% secara tahunan. Hanya saja, secara kuartalan, penjualan Aneka Tambang melesat hingga 119% dari Rp 4,02 triliun di kuartal kedua 2020 menjadi Rp 8,81 triliun di kuartal ketiga 2020.
Sepanjang sembilan bulan pertama 2020, komoditas emas menjadi kontributor utama dimana sebanyak Rp 12,98 triliun atau 72% dari penjualan ANTM disumbang oleh komoditas emas. Hingga September 2020, penjualan emas ANTM mencapai 14.882 kg atau setara 478.467 oz.
Baca Juga: Harga emas hari ini (9/11) di Butik Emas Antam naik Rp 2.000 per gram
Perusahaan tambang batubara milik negara, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga masih mencetak laba bersih senilai Rp 1,7 triliun pada kuartal III-2020. Meski demikian, raihan laba bersih ini turun 44% jika dibandingkan dengan torehan laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 3,10 triliun.
Penurunan laba bersih ini sejalan dengan penurunan pendapatan bersih Bukit Asam. Emiten yang berbasis di Sumatra Selatan ini membukukan pendapatan bersih senilai Rp 12,8 triliun, turun 20,94% dari realisasi pendapatan bersih di triwulan ketiga 2019 yang kala itu mencapai Rp 16,25 triliun.
Penurunan pendapatan ini juga seiring dengan menurunnya volume penjualan batubara Bukit Asam. Sepanjang 9 bulan pertama 2020, volume penjualan batubara Bukit Asam menurun 9% secara tahunan menjadi 18,6 juta ton.
Kinerja berbeda ditunjukkan oleh PT Timah Tbk (TINS). Emiten produsen timah tersebut membukukan kerugian Rp 255,15 miliar. TINS juga mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 18,42% (yoy) menjadi Rp 11,88 triliun per kuartal III-2020.
Penjualan logam timah pada kuartal ketiga sebesar 45.548 ton atau turun sebesar 9,49% dari realisai periode yang sama tahun lalu yang mencapai 50.326 ton. Adapun harga rata-rata jual logam timah juga turun 21,73% menjadi US$ 16.832 per ton dari sebelumnya US$ 19.083 per ton.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai saat ini harga mayoritas komoditas sebenarnya dalam tren menguat jika kita bandingkan dari kuartal kedua yang sempat turun dalam. Sedangkan harga emas hanya mengalami penurunan di kuartal pertama.
Sukarno menilai, sejumlah komoditas eperti emas, nikel, timah, dan batubara masih berpeluang melanjutkan penguatan tahun depan seiring pulihnya ekonomi dengan asumsi vaksin yang sudah siap.
Untuk komoditas nikel, kabar positif juga datang dari rencana pembentukan holding baterai kendaraan listrik “Konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana membangun industri baterai berbahan baku nikel dimana ANTM yang bakal mengerjakan proyek besar ini,” ujar Sukarno kepada Kontan.co.id, Senin (9/11).
Lebih lanjut, kebutuhan bahan baku baterai listrik bakal meningkatkan permintaan komoditas nikel, sehingga prospek emiten nikel lainnya, seperti PT Vale Indonesia Tbk (INCO) juga akan menarik ke depannya.
Baca Juga: Biden Menyulut Harga Komoditas, Simak Rekomendasi Saham TINS, ANTM, INCO, dan MDKA
Adapun, harga batubara diperkirakan akan pulih mulai akhir tahun ini dan berpeluang terus meningkat hingga tahun depan. Salah satu asumsi atas perkiraan ini didasarkan pada permintaan batubara dari China yang mulai menunjukkan peningkatan seiring dengan penurunan angka infeksi Covid-19 dan perekonomian Negeri Panda tersebut mulai pulih. Selain itu, tingkat infeksi harian di China juga telah berhasil dikendalikan dan terus mengalami penurunan.
Sukarno melanjutkan, saham PTBA, ANTM, INCO, dan TINS masih atraktif. Hanya saja, investor diminta untuk menunggu momentum koreksi apabila ingin membeli saham-saham pertambangan ini.
Sebab, hari ini emiten berbasis logam seperti INCO, ANTM, dan TINS menguat cukup signifikan dan kemungkinan besar akan berlanjut pada perdagangan besok (10/11).
Pada perdagangan hari ini, saham ANTM ditutup menguat 10,22% ke level Rp 1.240, saham TINS menguat 8,77% ke level 930, dan saham INCO ditutup menguat 6,56% ke level 4.550.
Selanjutnya: Laba bersih Bukit Asam (PTBA) anjlok 44%, begini rekomendasi analis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News