Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diberlakukan pemerintah beberapa bulan silam membuat pendapatan pengembang properti turun, baik dari penjualan properti maupun pendapatan sewa alias pendapatan berulang (recurring income) tenant di pusat belanja, gedung kantor maupun hotel.
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan entitas anaknya yaitu PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) menjadi dua emiten yang berdampak baik dari pendapatan penjualan maupun sewa. Sekretaris Perusahaan Bumi Serpong Damai (BSDE) Christy Grassela menjelaskan pendapatan yang berasal dari perkantoran dan pusat belanja cukup terdampak pandemi.
Pusat belanja milik BSDE hanya membuka tenant yang menyediakan kebutuhan dasar dengan tingkat okupansi 30%. "Jadi hampir 70% harus tutup dan kami juga terus menerus komunikasi dengan tenant untuk mencari win-win solution dalam service charge dan best rental rate supaya bisa berusaha kembali," jelas Christy, Jumat (10/7).
Baca Juga: Emiten Pengembang BSD Geber Penjualan Rumah Harga Rp 1 Miliar Hingga Rp 1,5 Miliar
Sedangkan recurring income milik Duta Pertiwi yang paling berdampak berasal dari pusat belanja. Direktur Utama Duta Pertiwi Teky Mailoa menjelaskan saat ini pusat belanja ITC sudah beroperasi normal sesuai standar new normal. Sepanjang kuartal I-2020 pendapatan dari pusat belanja tersebut masih cukup baik namun di kuartal II-2020 ada penurunan sekitar 50% karena adanya keringanan service charge bervariasi 30%-50%.
Kondisi PT Ciputra Development Tbk (CTRA) juga tak berbeda jauh. Pusat belanja milik Ciputra saat ini sudah beroperasi dan sekitar 80% tenant sudah buka kembali. Namun dari jumlah pengunjung belum ada pemulihan.
Direktur Ciputra Development Tulus Santoso menjelaskan selama masa PSBB di bulan April dan Mei 2020 pihaknya memberikan potongan harga bagi para tenant sebesar 50%. Hingga saat ini, CTRA masih terus berkomunikasi dengan para tenant sehingga Tulus belum bisa memberikan prediksi potensi penurunan. "Masih tergantung hasil nego dengan para tenant, prinsipnya sharing the pain," jelas Tulus, Minggu (12/7).
Baca Juga: Summarecon (SMRA) dan Ciputra (CTRA) akan Merevisi Target Marketing Sales
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada menjelaskan recurring income awalnya diperkirakan bisa menambah pemasukan emiten properti di tengah masih belum stabilnya permintaan properti seperti rumah tapak. Namun, sejak Covid-19 meluluhlantakkan kondisi ekonomi termasuk recurring income properti, maka sektor ini perlu waktu lama untuk pulih.
"Apalagi keinginan orang untuk ke mal belum sepenuhnya pulih. Perkantoran juga begitu, pasti mereka minta keringanan sewa tenant yang bisa berpengaruh ke potensi pendapatan mereka," jelas Reza.
Dus, Reza menyarankan investor menunggu dan berhati-hati sembari melihat kinerja emiten di kuartal II-2020, dan perkembangan di semester dua ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News