kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Realisasi kontrak mini, analis menilai saham emiten konstruksi BUMN masih menarik


Selasa, 17 September 2019 / 17:12 WIB
Realisasi kontrak mini, analis menilai saham emiten konstruksi BUMN masih menarik
ILUSTRASI. Proyek LRT Jabodebek


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Capaian kontrak baru emiten konstruksi pelat merah lebih mini bila dibandingkan swasta. Meskipun, targetnya pun lebih tinggi perusahaan konstruksi milik negara. Meski begitu, analis menilai saham-saham emiten konstruksi pelat merah masih menarik.

Berdasarkan penelusuran Kontan.co.id, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) baru mencapai 32,88% dari target Rp 61,74 triliun, dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) baru mencapai 22,67% dari target Rp 30 triliun. Sedangkan PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) telah mengantongi kontrak baru Rp 1,61 triliun setara dengan 80,5% dari target yang dibidik tahun ini sebesar Rp 2 triliun.

Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai kondisi perusahaan konstruksi pelat merah sejalan dengan tahun politik, sehingga kinerja perusahaan masih belum maksimal. Hal ini juga tidak bisa mewakilkan kinerja mereka.

Baca Juga: Sisa tiga bulan, realisasi kontrak baru emiten pelat merah masih jauh dari target

"Sebagai contoh, di tengah raihan kontrak yang masih jauh, WIKA dan ADHI masih oke karena semester satu masih tumbuh sedangkan yang lain turun," jelas Sukarno kepada Kontan.co.id Selasa (17/9).

Per semester I-2019, laba WIKA berhasil melesat 72,23% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (yoy) menjadi Rp 890,88 miliar. Meskipun pendapatan mereka justru turun 12,43% yoy menjadi Rp 11,36 triliun.

Kondisi yang sama juga terjadi pada ADHI. Perusahaan ini membukukan laba yang tumbuh 11,43% yoy menjadi Rp 4,57 triliun. Meskipun pendapatannya turun 10,69% yoy menjadi Rp 5,43 triliun.

Sementara itu, PTPP membukukan pendapatan Rp 10,72 triliun atau naik 12,8% yoy. Sedangkan labanya anjlok 24,25% menjadi Rp 363,37 miliar.

Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) kantongi kontrak baru total Rp 6,8 triliun hingga Agustus 2019

WSKT membukukan penurunan laba hingga 66,63% yoy menjadi Rp 997,8 miliar. Hal ini disebabkan oleh rendahnya pendapatan, turun dari Rp 22,9 triliun menjadi Rp 14,79 triliun.

Dengan begitu, Sukarno melihat emiten konstruksi pelat merah masih lebih menarik, mengingat mereka akan diprioritaskan apabila ada proyek pembangunan. Lebih lanjut, dia merekomendasikan investor untuk wait and see.

"Bisa kembali buy back menjelang aktivitas window dressing karena secara histori harganya akan bagus saat itu," jelas dia.

Sukarno menargetkan harga dalam satu tahun ke depan untuk WIKA Rp 2.500 dan ADHI Rp 1.700. Sedangkan saat ini, harga WIKA Rp 2.020 dan ADHI Rp 1.350.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×