Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
Untuk itu, secara rata-rata Wawan melihat ada potensi return di akhir tahun bakal menyenuh level double digit, baik untuk reksadana pendapatan tetap redenomonasi dollar AS, maupun rupiah. "Dollar AS rata-rata bisa di atas 10%, sedangkan rupiah bisa 9-10%," ujarnya.
Sentimen utama yang bakal mendorong kenaikan return tersebut, ditegaskan Wawan masih dari tren penurunan suku bunga acuan. ke depannya, kebutuhan investor juga diyakini masih akan meningkat, khususnya dari institusi, sedangkan untuk investor individu dinilai belum terlalu besar.
Baca Juga: Direktur Utama Indosterling Mengelola Properti Demi Cuan Lebih Besar
Bagi investor yang belum masuk ke reksadana tetap dengan obligasi dollar AS, Wawan mengungkapkan sekarang belum terlambat untuk masuk.
Meskipun untuk tahun depan pertumbuhan return diprediksi tidak setinggi 2019, namun imbal hasil yang ditawarkan masih lebih menarik dibandingkan dengan deposito.
"Apalagi reksadana dollar AS tidak memiliki risiko kurs tahun ini, karena baik suku bunga Tanah Air maupun The Fed sama-sama menunjukkan kecenderungan turun," katanya.
Baca Juga: Raiz Invest luncurkan aplikasi investasi mikro berbasis online untuk gaet milenial
Sedangkan untuk tahun depan, Wawan belum bisa memberikan proyeksinya mengenai prospek reksadana pendapatan tetap obligasi dollar AS, karena banyaknya sentimen yang masih perlu diperhatikan.
Beberapa sentimen tersebut seperti perkembangan perang dagang AS dan pemilihan presiden AS, di mana terpilih atau tidaknya Donald Trump akan sangat mempengaruhi pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News