kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -8.000   -0,52%
  • USD/IDR 15.791   -57,00   -0,36%
  • IDX 7.505   -68,76   -0,91%
  • KOMPAS100 1.157   -12,64   -1,08%
  • LQ45 913   -8,80   -0,96%
  • ISSI 228   -2,59   -1,12%
  • IDX30 469   -4,51   -0,95%
  • IDXHIDIV20 564   -3,86   -0,68%
  • IDX80 132   -1,34   -1,01%
  • IDXV30 139   -1,60   -1,13%
  • IDXQ30 156   -1,23   -0,78%

Rata-Rata Harga Saham IPO Tahun 2022 Turun, Ini Penyebabnya


Kamis, 15 Desember 2022 / 21:08 WIB
Rata-Rata Harga Saham IPO Tahun 2022 Turun, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencetak rekor pendatang baru dengan peningkatan jumlah IPO menjadi 59 emiten hingga Kamis (15/12).


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencetak rekor pendatang baru dengan peningkatan jumlah initial public offering (IPO). Kendati begitu, rata-rata saham yang baru listing tahun ini turun harga.

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengatakan, terkait penurunan kembali lagi pada bagaimana kinerja sektoral yang dapat mempengaruhi gerak saham yang baru IPO. Dia mencontohkan saham teknologi yang tahun ini kedatangan GOTO dan BELI.

Menurut Nico, kedua saham tersebut turun karena beberapa hal, salah satunya tren negatif yang sedang dialami tren teknologi global dan domestik akibat kenaikan suku bunga. "Bagi saham sektor teknologi, kenaikan suku bunga akan semakin meningkatkan beban bunga pinjaman mereka," ujar Nico kepada Kontan.co.id, Kamis (15/12).

Oleh sebab itu, penurunan saham yang IPO tahun ini memang bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti kondisi makro ekonomi yang akan berdampak pada prospek emiten tersebut ke depan. "Pada akhirnya harga saham akan turun seiring menurunnya optimisme investor terhadap saham tersebut," ujar dia.

Baca Juga: BEI Mencatat Rekor Aktivitas IPO Tahun Ini

Nico menyarankan investor perlu memperhatikan kondisi ekonomi beserta prospek ekonomi terhadap sektoral. Selain itu prospek bisnis emiten IPO dari kepemilikan lini bisnis yang bisa menunjang optimalnya pendapatan, serta dana penggunaan IPO.

Dari berbagai emiten IPO tahun ini, Nico berpandangan saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) yang palling menarik dicermati. Sebab, ADMR mempunyai prospek bisnis yang baik untuk tahun depan seiring kerjasama dengan Hyundai untuk menjamin pasokan aluminium karena meningkatnya permintaan untuk sektor manufaktur otomotif.

Dia pun merekomendasikan ADMR dengan support Rp 1.645 per saham dan target harga atau resistance terdekat di Rp 1.780 per saham.

Baca Juga: Menakar Prospek Saham GOTO Menjadi Konstituen Indeks Global

Di sisi lain, dia memperkirakan aktivitas IPO masih akan tinggi di tahun depan. Terlebih, BEI juga sudah mengantongi 42 saham dalam pipeline yang antre untuk IPO dengan target IPO yang dicanangkan sebesar 57 emiten.

"Sehingga, tidak menutup kemungkinan aktivitas IPO minimal akan menyamai pencapaian 2022 seiring dengan tetap akan tingginya kebutuhan korporasi untuk mendapatkan dana tambahan pasca pandemi dan menghadapi risiko bayang-bayang krisis," pungkas Nico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×