kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ramai Lagi, Penerbitan Obligasi Korporasi Capai Rp 69,7 Triliun di Semeseter I 2022


Jumat, 08 Juli 2022 / 16:06 WIB
Ramai Lagi, Penerbitan Obligasi Korporasi Capai Rp 69,7 Triliun di Semeseter I 2022
ILUSTRASI. Sepanjang paruh pertama tahun ini, penerbitan obligasi korporasi kembali marak. Di periode tersebut, penerbitan obligasi korporasi naik jika dibandingkan 2021 silam.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang paruh pertama tahun ini, penerbitan obligasi korporasi kembali marak. Di periode tersebut, penerbitan obligasi korporasi naik jika dibandingkan 2021 silam.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), hingga 30 Juni 2021, jumlah penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp 69,7 triliun. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibanding penerbitan di semester I-2021 yang hanya Rp 43,37 triliun.

Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Salyadi Saputra mengatakan, pada paruh pertama tahun ini, tren suku bunga masih rendah serta yield SUN yang belum tinggi, mendorong beberapa emiten menerbitkan obligasi korporasi. Hanya saja, untuk paruh kedua tahun ini, bisa saja penerbitan tidak terlalu tinggi.

“Saat ini, tekanan datang dari global maupun domestik yang berpengaruh terhadap kebijakan suku bunga maupun pergerakan yield SUN. Tentu hal ini bisa berpengaruh pada penerbitan obligasi korporasi di tahun ini,” jelas Salyadi dalam Media Forum Pefindo secara virtual, Jumat (8/7).

Baca Juga: Hingga Juni 2022, Penerbitan MTN Mencapai Rp 4,09 Triliun

Ia optimistis penerbitan obligasi korporasi tahun ini bisa melewati capaian tahun lalu. Tahun lalu, emiten yang menerbitkan obligasi korporasi hanya sebanyak 54 perusahaan, sementara di tahun ini setidaknya sudah ada 43 perusahaan. Adapun pada tahun lalu, penerbitan obligasi korporasi sebesar Rp 107,5 triliun

Sejauh ini, ia menyebut, sektor non industri keuangan lebih rajin menerbitkan obligasi korporasi dengan porsi sebesar 55,2%. Padahal, secara historis, kelompok institusi keuangan lebih rajin menerbitkan obligasi korporasi.

Kata Salyadi, ini terjadi lantaran penyaluran kredit yang perbankan yang masih belum pulih 100%. Selain itu, likuiditas bank yang melimpah juga tak mengharuskan mereka mencari pendanaan lewat obligasi korporasi. Sementara kelompok pembiayaan juga cenderung lebih memilih untuk menggunakan dana internal terlebih dahulu.

Di satu sisi, Salyadi menyebut tujuan penerbitan sejauh ini masih didominasi untuk tujuan refinancing (47,7%) dan modal kerja (43,5%). Sementara itu, untuk keperluan investasi atau ekspansi masih hanya sebesar 8,7%. Padahal, semakin tinggi porsi untuk investasi atau ekspansi menandakan adanya pertumbuhan bisnis maupun pertumbuhan ekonomi.

Outlook Semester II-2022

Menjalani sisa tahun ini, Salyadi melihat outlook pasar obligasi korporasi akan ditentukan dua faktor utama, yakni tingkat suku bunga dan pergerakan yield SUN.

Jika suku bunga naik, ada kekhawatiran perlambatan ekonomi yang bisa berdampak pada aktivitas bisnis para emiten. Sementara pergerakan yield SUN akan memengaruhi besaran kupon dan cost of fund para emiten yang hendak menerbitkan obligasi korporasi.

“Saat ini, mandat penerbitan obligasi korporasi di Pefindo untuk semester II-2022 sebesar Rp 64,65 triliun. Sementara obligasi yang akan jatuh tempo mencapai Rp 92,8 triliun untuk paruh kedua tahun ini,” imbuh Salyadi.

Hanya saja, dengan dinamika yang ada di pasar saat ini, Salyadi menilai tren penerbitan cukup sulit diprediksi. Pasalnya, bisa saja para emiten memutuskan untuk menunda atau tidak jadi menerbitkan maupun tetap menerbitkan, tapi dengan emisi yang lebih kecil. Sementara untuk obligasi yang jatuh tempo, juga bisa saja tidak digantikan dengan yang baru.

Sementara jika dilihat dari kacamata investor, dia meyakini, obligasi korporasi masih punya peminat yang tinggi. Terlebih dengan rencana pemerintah yang mengurangi pasokan SBN pada sisa tahun ini. Alhasil, para investor SBN bisa saja mengalihkan minatnya ke obligasi korporasi.

Apalagi, jika sampai terjadi kenaikan suku bunga acuan dan yield SUN yang bergerak melemah. Menurut Salyadi, ini bisa mendorong kupon obligasi korporasi jadi lebih tinggi dan semakin menarik minat investor. Ia mencontohkan, jika yield SUN naik hingga 1%, bisa saja kupon obligasi korporasi dengan tenor yang sama naik setidaknya 1,5%.

“Tapi pada akhirnya, ini akan sangat bergantung dengan perkembangan pasar nanti, seperti berapa besar kenaikan suku bunga dan pergerakan yield SUN di tengah beberapa tekanan global,” jelasnya.

Adapun, Pefindo semula memproyeksikan emisi penerbitan surat utang korporasi di tahun ini bisa mencapai Rp 151 triliun.

Baca Juga: Penerbitan Obligasi Korporasi Mulai Ramai, Investor Harus Cermati Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×