Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Perdagangan obligasi di pasar sekunder diwarnai ramainya aktivitas transaksi obligasi negara ritel (ORI). Sepanjang bulan Februari lalu, frekuensi perdagangan ORI yang tersisa di pasar sekunder yakni ORI010, ORI009 dan ORI008 menempati 10 besar dari semua surat utang pemerintah.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ORI010 menjadi surat utang negara dengan total frekuensi terbanyak yang diperdagangkan pada bulan Februari dengan total frekuensi 4.633 kali, naik hingga 111,6% dibandingkan bulan sebelumnya.
Sedangkan, total frekuensi ORI009 juga melonjak 122,81% menjadi 459 kali. Hal sama juga ditunjukkan ORI008 yang naik hingga 346,83% menjadi 353 kali. Ketiga seri tersebut merupakan seri ORI yang belum jatuh tempo.
Sepanjang Februari 2014, ORI010, ORI009 dan ORI008, masing-masing mencatatkan volume perdagangan sebesar Rp 15,92 triliun, Rp 1,29 triliun dan Rp 3,16 triliun.
Dari segi harga, kemarin, ORI010 dan ORI009 mencapai harga tertinggi sepanjang 2014 yaitu masing-masing di 101,779 dan 98,758. Untuk ORI010, harga tersebut naik 1,72% sejak awal tahun (year to date/ytd). Sedangkan, harga ORI009 naik 1,88%. Adapun, harga ORI008 naik 0,57% ytd menjadi 100,669, kemarin.
Perdagangan ORI di pasar sekunder yang ramai, menurut Global Markets Financial Analyst Manager PT Bank Internasional Indonesia Tbk, Anup Kumar, disebabkan oleh dua faktor. Pertama, adanya penerbitan instrumen serupa, yakni sukuk ritel SR-006. "Dengan adanya SR-006, mungkin investor pemegang ORI menjualnya kembali di pasar sekunder karena kupon yang ditawarkan SR-006 lebih besar dibanding kupon ORI010," ujar Kumar.
Kedua, arus dana asing yang masuk pada pasar obligasi domestik cukup besar. Menurut Kumar, per Februari, arus dana asing di pasar obligasi domestik sebesar
Rp 16,13 triliun, naik 212,5% dibandingkan Januari 2014 yang sebesar Rp 5,16 triliun.
Namun arus dana asing ini tidak hanya meningkatkan transaksi ORI saja, namun seluruhnya merupakan instrumen obligasi pemerintah. Kumar memperkirakan, ramainya transaksi ORI di pasar sekunder
diwarnai oleh investor aset manajemen, asuransi dan dana pensiun.
Sedangkan, ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih menduga, investor yang banyak mencari ORI di pasar sekunder merupakan pihak perbankan dan perusahaan aset manajemen. "Mereka harus menyiapkan dana dalam waktu jangka pendek sehingga ORI jadi pilihan tepat," ungkap Lana.
Ia menambahkan, investor juga lebih tertarik pada ORI lantaran memberi imbal hasil lebih tinggi dibandingkan dengan surat utang pemerintah bertenor sama. Ambil contoh, kemarin, yield ORI010 yang bertenor sekitar tiga tahun, lebih besar 31,3 basis poin dibanding yield surat utang pemerintah bertenor sama, FR0028.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News