Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Saham-saham sektor barang konsumsi (consumer goods) bakal mendapatkan sentimen positif dalam sebulan ke depan. Sentimen tersebut tidak lain adalah momen bulan suci Ramadan hingga Hari Raya Idul Fitri.
William Surya Wijaya, analis Asjaya Indosurya Securities mengatakan, secara historikal, harga saham barang konsumsi selalu bergerak naik di momen puasa hingga lebaran. Maklum, pada sebulan itu, konsumsi barang-barang konsumsi oleh masyarakat meningkat drastis.
Hal itu tentunya berimbas positif pada performa penjualan beberapa emiten barang konsumsi. Faktor inilah yang kemudian menjadi daya tarik bagi investor untuk masuk ke saham-saham sektor barang konsumsi pada momen puasa dan lebaran.
"Saya prediksi, secara rata-rata, harga saham-saham sektor consumer goods bisa tumbuh sekitar 8%-15%," kata William. Jika dicermati, performa mayoritas saham-saham sektor barang konsumsi sejatinya terbilang positif sejak awal tahun.
Beberapa saham sektor ini bahkan mencatatkan imbal hasil (return) di atas 10%. Saham PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA) mencatat kenaikan tertinggi, yaitu 61,89% year-to-date (ytd) menjadi Rp 2.315 per saham.
Kenaikan saham PT Sari Roti Tbk (ROTI) juga terbilang tinggi, yakni mencapai 37,25% ytd ke level Rp 1.400 per saham. Beberapa saham dengan kapitalisasi besar juga masih mencatat return di atas 10%.
Ambil contoh saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang sudah naik 14,23% year-to-date (ytd) ke level Rp 29.700 per saham. Pun demikian dengan saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang sudah naik 12,79% ke level Rp 29.235 per saham.
Saham farmasi moncer
Performa saham-saham barang konsumsi untuk subsektor farmasi juga lumayan cemerlang. Saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF), contohnya, sudah naik 68,64% ytd ke level Rp 995 per saham. Kondisi yang sama juga dialami oleh saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang melesat 32,8% ytd menjadi Rp 1.660 per saham.
William bilang, kenaikan harga saham-saham tersebut sangat terbuka. Apalagi saat momen-momen puasa-lebaran tahun ini. "Biasanya, harga mulai naik pada H-10 puasa hingga H+7 Lebaran," papar William.
Namun, bukan berarti saham-saham sektor barang konsumsi tak menghadapi tantangan. William bilang, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) menjadi tantangan utama yang dihadapi emiten barang konsumsi.
Soalnya, mayoritas emiten-emiten barang konsumsi mengimpor bahan baku dari luar negeri. Imbasnya, beban yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku kian besar seiring depresiasi nilai tukar rupiah. Rabu (25/06) rupiah melemah 0,84% ke 12.090 per dollar AS di pasar spot.
Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner Investa Saran Mandiri menambahkan, depresiasi nilai tukar rupiah memang menjadi tantangan utama emiten barang konsumsi. Namun, emiten barang konsumsi bisa mengkompensasi itu dengan menaikkan harga jual.
"Menaikkan harga jual biasanya diambil emiten barang konsumsi ketika beban naik," ungkap Kiswoyo. Dengan kuatnya sentimen positif di sekitar puasa-lebaran, William dan Kiswoyo merekomendasikan beberapa saham yang layak diakumulasi investor, yaitu MYOR, ROTI dan UNVR.
Saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) menurut keduanya juga layak dikoleksi. "Valuasinya lagi bagus, karena dari awal tahun, naiknya tidak terlalu tinggi," kata Kiswoyo. Secara ytd, return INDF memang tercatat hanya 2,65%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News