Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Keputusan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve menahan tingkat suku bunga membuat pamor emas kembali naik. Namun, penguatan harga emas tertahan oleh naiknya harga saham global.
Mengutip Bloomberg, Jumat (18/3) harga emas kontrak pengiriman April 2016 di Commodity Exchange tergerus 0,84% ke level US$ 1.254,3 per ons troi. Dalam sepekan terakhir, emas terkikis 0,4%.
Padahal, harga emas pada akhir pekan lalu berpeluang melaju setelah mendapat sentimen positif dari The Fed.
Alwi Assegaf, analis PT SoeGee Futures mengatakan, harga emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga. Sebagai aset non bunga, kenaikan suku bunga akan mengurangi daya tarik emas. "Keputusan The Fed untuk menahan tingkat suku bunga membuat pamor emas naik," paparnya.
Di samping itu, The Fed mengubah rencana kenaikan suku bunga tahun ini menjadi dua kali dari sebelumnya empat kali. The Fed juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS tahun ini menjadi 2,2% dari sebelumnya 2,4%.
Ini membuat nilai tukar dollar AS menuju level terendahnya dalam lima bulan dan akhirnya turut mengangkat harga emas. Ketertarikan investor pada emas terbukti dari terus meningkatnya kepemilikan logam mulia ini pada exchange trade fund (ETF). Artinya, investor sudah mulai bullish terhadap emas.
Namun, ada satu hal yang membatasi kenaikan harga emas. Pengumuman The Fed telah mengurangi kekhawatiran investor terhadap kenaikan suku bunga AS. Hal ini juga berdampak positif pada harga saham. Kenaikan harga saham akhirnya menghambat laju emas. "Emas biasanya dilirik sebagai safe haven. Kini, investor kembali memburu aset beresiko seperti saham sehingga safe haven ditinggalkan," lanjut Alwi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News