kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rajin efisiensi agar semakin berisi


Kamis, 02 Oktober 2014 / 07:16 WIB
Rajin efisiensi agar semakin berisi
ILUSTRASI. Inilah Manfaat Olahraga Jalan Kaki Untuk Kesehatan yang Terbukti Secara Klinis


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Keinginan pemerintah menciutkan jumlah operator terwujud. Pasca pencabutan lisensi fixed wireless access (FWA) dan dirombaknya frekuensi 800 MHz, yang identik dengan teknologi CDMA, jumlah operator di Indonesia kian menyusut. Maka, Smartfren dan Esia bergabung.

Sementara, PT XL Axiata, Tbk (EXCL), operator yang lebih dahulu mengakuisisi AXIS terus berupaya efisiensi. Salah satunya, menjual menara sebanyak 3.500 unit. Dalam proses tender tiga bulan itu, EXCL akhirnya melego menara ke PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR). Keduanya meneken perjanjian pembelian aset senilai Rp 5,6 triliun. Ini berarti, satu menara EXCL sekitar Rp 1,6 miliar.

Hasnul Suhaimi, Direktur Utama EXCL, bilang, penjualan ini strategi pengurangan aset (asset light strategy) agar bisnis kian efisien. Bersamaan itu, EXCL dan SUPR meneken perjanjian sewa menara. EXCL menyewa kembali menara tadi 10 tahun, dengan harga lebih kompetitif. "Kami akan memakai hasil transaksi untuk mengurangi utang," ujar dia, Rabu (1/10).

PT Indosat Tbk (ISAT) melakukan strategi semacam ini lebih dulu. Di Juli 2012, ISAT melego 2.500 unit menara ke PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) senilai US$ 519 juta. Dalam transaksi ini ISAT dibayar tunai US$ 406 juta dan mendapat 239,83 juta saham atau 5% saham TBIG.

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) menempuh strategi berbeda. Operator pelat merah ini berniat menjual 49% saham PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), anak usahanya yang berbisnis menara. Skemanya, saham Mitratel ditukar saham salah satu operator menara. Kemudian TLKM memindahkan sejumlah menara milik Telkomsel ke Mitratel. Ini agar aset Mitratel menggemuk dan aset Telkomsel lebih ramping. Tapi belakangan, TLKM mencari opsi lain menjual Mitratel lantaran protes DPR.

Yang jelas, ketiga pemain besar telekomunikasi ini gencar mencari cara menekan beban.

Analis Bahana Securities Leonardo Henry Gavaza menilai, cepat atau lambat, industri telekomunikasi harus mengkonsolidasikan bisnismereka agar lebih efisien. EXCL misalnya, dengan menjual menara, bisa mengurangi beban utang yang menggunung. EXCL bisa memperbaiki margin laba. "Saat ini operator seluler lebih baik tak punya banyak aset. Di sisi lain, belanja operasional bisa dipangkas," ujar dia.

Chandra Pasaribu, analis Indo Premier Securities, bilang, dengan melepas aset, net gearing EXCL bisa menyusut. Dibanding penjualan menara ISAT, harga jual menara EXCL lebih tinggi. Strategi menekan utang ini menguntungkan EXCL. Dibanding emiten telekomunikasi lain, beban utang EXCL paling tinggi. Sementara ISAT menutup utang dengan utang baru yang lebih murah.

Dari ketiga pemain, analis menjagokan TLKM. Soalnya, bisnis TLKM terdiversifikasi dengan baik. Leonardo bilang, EXCL dan ISAT hanya bisa dibandingkan dengan Telkomsel. Telkomsel lebih dulu melakukan ekspansi sekaligus efisiensi lewat konsep DNA alias device, network dan application.

"Dulu operator cuma mempunyai network," ujar Direktur Utama Telkomsel ALex J. Sinaga, beberapa waktu lalu Khusus aplikasi, Telkomsel mengusung konsep digital lifestyle, yang menyediakan beragam aplikasi digital dan konten. "Perlu kolaborasi menyeluruh antara DNA," terang Vice President Digital Lifestyle Telkomsel Marina Kacaribu, kemarin. TLKM sang induk memang konservatif dan mengandalkan Telkomsel. "Di jangka panjang, EXCL akan menarik terutama setelah memangkas utang. Namun TLKM tetap market leader industri," kata Chandra.

Chandra dan Leonardo merekomendasikan buy TLKM dengan target masing-masing Rp 3.000 dan Rp 3.350 per saham. Untuk EXCL, Leonardo merekomendasikan hold di Rp 5.500 dan Chandra buy di Rp 6.450. Soal ISAT, Leonardo merekomendasikan buy dengan target Rp 4.800 dan Chandra hold dengan target Rp 4.330 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×