Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) diyakini mempunyai outlook yang menarik pada tahun ini. Ditopang dengan fundamental yang solid, emiten pelat merah ini dinilai bisa membukukan kinerja yang solid untuk tahun 2022.
Analis MNC Sekuritas, Tirta Citradi, memperkirakan kinerja BBNI pada kuartal I-2021 masih akan tetap positif. Menurutnya, masih terdapat peluang bagi BBNI bisa mencatatkan pertumbuhan pinjaman, setidaknya sejalan dengan pertumbuhan industri pada tiga bulan pertama di tahun ini.
“Kami juga mengekspektasikan dari segi kualitas aset, BBNI juga akan terus menunjukkan perbaikan,” kata Tirta ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (20/4).
Sementara pada tahun ini, Tirta meyakini BBNI juga berada pada jalur yang tepat untuk membukukan kinerja yang solid. Ia memproyeksikan, pertumbuhan pinjaman BBNI bisa naik 10% secara year on year pada 2022 ini seiring dengan masih adanya ruang dan likuiditas yang cukup melimpah.
Baca Juga: Asing Net Buy Rp 833 Miliar, Saham Ini Paling Banyak Diborong Asing, Rabu (20/4)
Di satu sisi, ia mempercayai keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan giro wajib minimum akan membuat Cost of Fund (CoF) BBNI akan sedikit lebih tinggi pada akhir tahun nanti. Hanya saja, ia optimistis BBNI bisa mempertahankan Net Interest Margin (NIM) di level 4,7%.
Dari sisi fundamental lain, Tirta menilai BBNI akan dapat menurunkan non performing loan (NPL) ke kisaran 3,5%. Lalu, melalui efisiensi dari sisi operational expenditure, ia memperkirakan BBNI bisa mendorong Cost to Income Ratio (CIR) turun ke kisaran 42%.
“Dus, secara keseluruhan, kami memproyeksikan Earning Per Share (EPS) BBNI bisa tumbuh 25-26% tahun ini,” imbuhnya.
Potensi dari Akuisisi Bank Mayora
Pada awal tahun ini, manajemen BBNI resmi mengumumkan rencananya untuk mengakuisisi mayoritas saham di Bank Mayora sebagai langkah untuk mendirikan bank digital. Langkah ini merupakan bagian dari strategi pertumbuhan anorganik perseroan pada segmen digital.
Tirta menilai keputusan tersebut sebagai langkah yang tepat karena mengakuisisi bank mini jauh lebih murah biayanya, ketimbang mendirikan bank baru. Selain itu, bank kecil juga memiliki footprint branch yang sedikit sehingga dirasionalisasi lebih mudah.
Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada 2022 Capai 5,17%
Dia bilang, nantinya bank Mayora ini akan dipersiapkan untuk menyasar ke kredit segmen UMKM. Segmen ini dinilai punya potensi yang menjanjikan seiring dengan yield yang besar.
Jika ke depan eksekusinya bisa berjalan lancar, Tirta melihat akuisisi tersebut bisa jadi katalis positif untuk mendongkrak NIM BBNI karena sejauh ini CoF BBNI juga berhasil ditekan sampai 100 bps.
Baca Juga: IHSG Naik 0,39% ke 7.227 di Perdagangan Rabu (20/4), Net Buy Asing Rp 832,72 Miliar
Sementara analis BRI Danareksa Sekuritas Eka Savitri dalam risetnya pada 9 Maret meyakini langkah pertama yang akan dilakukan manajemen BBNI pasca akuisisi tersebut adalah melakukan penyelarasan strategi baru Bank Mayora di perbankan digital bersama dengan mitra teknologi potensial.
“Oleh karena itu, kami melihat kontribusi akuisisi ini terhadap kinerja BBNI masih akan cenderung minim, setidaknya sampai 2023 mendatang,” imbuhnya.
Saat ini, Tirta memberikan rekomendasi hold untuk saham BBNI lantaran target harga yang ia pasang sudah tercapai. Adapun, Tirta memasang target harga di level Rp 8.500 per saham, sedangkan pada penutupan hari ini, Rabu (20/4) saham BBNI berada di level 8.975 per saham
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News