Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Bisnis baru PT PP Tbk (PTPP) mulai berjalan. Satu pabrik beton pra cetak (precast) milik PTPP di Cilegon, Serang Banten resmi beroperasi April 2013. Dibangun di atas lahan seluas 2 hektare (ha), pabrik ini memiliki kapasitas produksi 324.000 meter kubik per tahun.
Tak puas dengan satu pabrik precast, PTPP berniat membangun empat pabrik lagi, yang diharapkan bisa beroperasi pada 2017. Bisnis beton pracetak ini dikendalikan oleh anak usaha PTPP bernama PT PP Dirganeka.
Analis Batavia Prosperindo Sekuritas Steven Gunawan menilai positif ekspansi PTPP tersebut. "PTPP mendapat banyak proyek high-rise bulding, sehingga cocok bila membangun pabrik beton ketimbang beli dari pihak lain," ujarnya. Tujuannya, tentu saja penghematan biaya.
Rencana ekspansi pembangunan empat pabrik precast, lanjut Steven, juga akan berefek positif bagi PTPP lantaran kebutuhan produk ini untuk proyek infrastruktur dan properti cukup besar. Salah satu contoh, untuk kebutuhan proyek PTPP pada terminal Pelabuhan Kalibaru, yang merupakan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. "PTPP juga mendapat proyek swasta untuk bangunan pencakar langit, sehingga cocok kalau punya precast sendiri," imbuh Steven.
Analis BNI Securities, Thendra Crisnanda mengatakan, maraknya proyek infrastruktur akan membuat permintaan beton pracetak melonjak. Pabrik beton itu juga akan mengintegrasikan lini bisnis PTPP menjadi lebih baik. Tapi, kontribusi usaha beton ini bagi PTPP tak signifikan. Maka itu, Thendra tidak merevisi proyeksi pendapatan PTPP hingga akhir 2013.
Kata dia, pabrik beton PTPP sudah mendapat kontrak sebesar Rp 600 miliar. Jika kontrak terealisasi, kontribusi ke PTPP hanya 5,5% dari total proyeksi pendapatan PTPP di tahun 2013.
Margin bisnis beton juga relatif kecil jika dibandingkan margin bisnis properti yang mencapai 15%-20%. Steven mencontohkan, margin kotor PT Wika Beton, anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang memproduksi beton mencapai 12%. Sementara, pemain lain hanya sekitar 3% hingga 4% saja.
Analis Ciptadana Securities, Kris Jonan dalam riset, 21 Agustus 2013 lalu, menyebutkan, kontrak terbesar PTPP berasal dari proyek terminal Kalibaru yang sudah dimulai sejak 2012. Meski ditargetkan baru selesai dalam waktu lima tahun, namun pendapatan PTPP tahun ini dari Kalibaru mencapai Rp 1,5 triliun.
Tahun ini, Thendra memperkirakan, PTPP mencetak pendapatan Rp 10 triliun, naik 25% year on year (yoy). Sementara, laba bersih PTPP bakal naik 22,7% menjadi Rp 380 miliar.
Hanya saja, Thendra mengingatkan, PTPP sudah memiliki rasio utang terhadap ekuitas (DER) 1,3 kali, lebih tinggi dari rata-rata emiten sektor konstruksi sebesar 0,8 kali. Meski begitu, rasio harga terhadap laba bersih per saham (PER) PTPP hanya 13,13 kali, di bawah PER rata-rata industri sebesar 15 kali.
Thendra merekomendasikan buy saham PTPP dengan target harga Rp 1.500. Kris juga menyarankan buy dengan target harga Rp 1.800. Analis Amcapital, Helmi Therik juga merekomendasikan buy saham PTPP dengan target harga Rp 2.000.
Kemarin, harga PTPP turun 1,89% menjadi Rp 1.040.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News