Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Valuasi dari proyek patungan antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan Grup Rajawali mengalami perubahan. Hal ini disebabkan oleh, harga batubara yang merosot dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
Hingga kini, kedua belah pihak masih menunggu hasil valuasi yang dilakukan penilai independen. Milawarma, Direktur Utama PTBA bilang, valuasi proyek Bukit Asam Transpasific Railways (BATR), khususnya terkait Bukit Asam Bangko (BAB) berpotensi turun.
"Valuasi jika dibandingkan dengan tahun 2011 tentu lebih kecil, jadi kemungkinan nilai proyek turun," kata dia, Kamis (10/10). Namun, ia masih merahasiakan estimasi penurunan nilai proyek tersebut.
Sekadar mengingatkan, total valuasi proyek BATR ini mencapai US$ 1,3 miliar. Adapun, proyek tambang batubara yang dipegang BAB saat itu ditaksir US$ 700 juta. Pada proyek BAB ini, PTBA menguasai 65% saham, sisanya digenggam Group Rajawali.
BAB merupakan perusahaan yang khusus mengurus konsesi batubara di Bangko, Sumatera Selatan. Nilai ekonomi dari konsesi tambang inilah yang masih dihitung lagi. Hasilnya, akan menjadi rujukan besaran penyertaan modal oleh masing-masing pihak, yakni PTBA dan Rajawali.
Sebagai gambaran, valuasi awal telah dilakukan pada tahun 2008. Ketika itu, nilai valuasinya sebesar US$ 1,21 per ton. Adapun perkiraan cadangan batubaranya sebanyak 400 juta ton. Milawarma berharap, akhir tahun ini sudah ada kesepakatan mengenai valuasi ini.
Jika sudah ada angka pasti, maka tahun depan, keduanya sudah bisa membangun infrastruktur jalur kereta yang menghubungkan ambang PTBA di Tanjung Enim, Sumatera Selatan dengan pelabuhan di Provinsi Lampung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News