Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto
"Untuk periode ke depan kami perkirakan tidak akan jauh berbeda meskipun kami juga tetap mempersiapkan kesiapan jaringan kami sekiranya terjadi lonjakan trafik lebih tinggi," ungkap dia kepada Kontan.co.id akhir pekan lalu.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Muhammad As'ad juga menilai, pemberlakuan PSBB memungkinkan trafik data operator telekomunikasi kembali naik.
Akan tetapi, ia memperkirakan dampaknya tidak akan sebesar seperti pada saat PSBB yang pertama. "Hal ini mengingat peralihan tren penggunaan internet sudah terjadi pada awal PSBB," tutur As'ad.
Baca Juga: Indosat Ooredoo bekerjasama dengan penyedia layanan OTT
Meskipun begitu, tak dapat dipungkiri bahwa sektor telekomunikasi menjadi salah satu penopang kebiasaan baru untuk bekerja dan belajar dari rumah.
Oleh karena itu, ia memprediksi, para perusahaan operator masih mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan hingga akhir 2020 nanti.
As'ad menambahkan, prospek pertumbuhan bisnis operator telekomunikasi masih sangat menarik untuk investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini terlihat dari ekspansi pada bisnis internet rumah yang dilakukan oleh operator saat ini.
"Hal tersebut kami nilai searah dengan tren penggunaan internet di dalam rumah dan berpotensi meningkatkan trafik data operator," ucap dia.
Baca Juga: Jaringan internet Telkomsel paling stabil di 382 Kota/Kabupaten
Secara sektoral, ia menilai sektor telekomunikasi masih overweight atau memiliki kecenderungan untuk dibeli.
Sebagai informasi, harga saham ISAT per Rabu (16/9) berada di level Rp 2.170 per saham atau turun 25,43% secara year to date (ytd). Disusul PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang merosot 29,72% ytd ke Rp 2.790 per saham, PT XL Axiata Tbk (EXCL) -32,38% ytd menjadi Rp 2.130 per saham, dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) -39,13% ytd ke level Rp 84 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News