Reporter: Grace Olivia | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Waskita Karya Tbk masih gencar menambah pendanaan melalui instrumen alternatif. Emiten ini tampak berusaha memperbaiki kondisi arus kas operasional. Arus kas emiten ini masih minus Rp 1,77 triliun di Maret lalu.
Analis menilai, emiten berkode WSKT ini sedang tidak berfokus mencari proyek baru. "Sepertinya fokus Waskita tahun ini memang bukan menambah kontrak baru. Lebih ke menambah sumber pendanaan," kata Maria Renata, Analis Danareksa Sekuritas, Rabu (25/4).
Jadi, dana baru tidak difokuskan untuk menggarap proyek. Di periode Januari-Maret 2018, kontrak baru WSKT tercatat cuma Rp 3,6 triliun, turun sekitar 69% dibanding periode yang sama setahun sebelumnya.
WSKT cukup banyak menggelar aksi korporasi mencari dana. Awal April ini, emiten pelat merah ini baru melepas tiga proyek tolnya, yakni Kanji-Pejagan, Pejagan-Pemalang dan Pasuruan-Probolinggo, dengan nilai sekitar Rp 5 triliun. Divestasi ini dikemas dalam bentuk reksadana penyertaan terbatas (RDPT) bertajuk RDPT Ekuitas Danareksa Infrastruktur Trans Jawa yang dilego Danareksa Investment Management.
Analis Samuel Sekuritas Akhmad Nurcahyadi juga menyebut, WKST berpotensi menerima dana dari proyek Light Rail Transit (LRT) Palembang dan dari upaya menjual piutang skema factoring tahun ini. "Hal tersebut adalah kunci utama investasi pada saham Waskita," tulis Akhmad dalam risetnya (23/4).
Margin naik
Analis menilai strategi WSKT menggenjot pendanaan positif. Akhmad menilai, WSKT lebih baik fokus mengeksekusi kontrak yang sudah ada sekaligus memenuhi kebutuhan pendanaan dibanding menambah kontrak baru.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Arief Budiman dalam riset 24 April 2018 juga menyebut, divestasi membuat kinerja WSKT positif. Dengan divestasi, nilai utang turun dan margin meningkat.
Tapi, Maria menggarisbawahi, total utang berbunga WSKT naik mencapai Rp 49,4 triliun per Maret 2018. Alhasil, debt to equity ratio (DER) emiten ini naik jadi 2,02 kali di akhir Maret.
Kinerja WSKT di kuartal I-2018 lalu positif. Laba bersih melonjak 313,4% jadi Rp 1,5 triliun. Pendapatan juga naik 68,6% jadi Rp 12,39 triliun.
Arief merinci, segmen bisnis jasa konstruksi masih mendominasi pendapatan WSKT. Kontribusinya mencapai 96%, setara Rp 11,95 triliun. Pendapatan penjualan precast tercatat naik paling signifikan, naik 341% jadi Rp 302,3 miliar. Margin laba kotor perusahaan pelat merah ini juga naik mencapai 22,5%, lebih tinggi dari tahun sebelumnya 15,2%.
Maria merekomendasikan beli WSKT. Ia menghitung pendapatan WSKT bisa mencapai Rp 51,05 triliun tahun ini, dengan laba bersih mencapai Rp 4,37 triliun. Ia memasang target harga WSKT di Rp 3.000 per saham.
Akhmad dan Arief juga memberi rekomendasi beli bagi WSKT. Akhmad mematok target harga di Rp 3,250 per saham. Sementara, Arief memasang target harga lebih tinggi, yaitu sebesar Rp 3.400 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News