Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menargetkan pertumbuhan laba bersih 17%-20% di 2015. Manajemen BBNI mengatakan, akan menjaga net interest margin (NIM) di kisaran 5,75%-6%.
Analis Sucorinvest Central Gani, Andy Wibowo Gunawan mengatakan, BBNI dapat mencapai target tersebut dengan mudah. "Bisa dilihat dari yield yang tinggi dan pertumbuhan loan solid," ujar dia.
Andy mencatat, pertumbuhan loan yield saja BBNI naik 70 basis poin (bps) menjadi 10,8% hingga September 2014. Namun begitu, jumlah itu lebih kecil dibandingkan kenaikan cost of fund. Di periode yang sama, dia mencatat, cost of fund BBNI naik 90 bps menjadi 3,2%.
Kenaikan itu lantaran, BBNI tengah wait and see terhadap para pesaing. Karena itu Andy memperkirakan, NIM BBNI stabil di 6,1% di tahun ini.
Marisa Wijayanto, Analis Buana Capital dalam riset pada 19 Januari 2014 mengatakan, meski pertumbuhan kredit BBNI melambat, NIM BBNI dapat terjaga.
Hingga kuartal III-2014, pertumbuhan kredit BBNI tumbuh 7% masih jauh dari target sepanjang 2014 yang berharap bisa meningkatkan penyaluran kredit 10%-11%. Sementara di 2015 diharap tumbuh 14%-16%. Seiring dengan rencana proyek infrastruktur pemerintah semakin besar.
Analis Danareksa Sekuritas, Eka Savitri juga yakin pertumbuhan kredit BBNI tahun ini bisa mencapai 15,1% naik dari proyeksi 2014 yang hanya 14,6%. Aturan LTV memang menekan penyaluran kredit BBNI. Pasalnya, kredit pemilikan rumah (KPR) menyumbang 62,8% dari total kredit konsumer.
Meski pertumbuhan kredit di tahun 2015 tumbuh, Eka Savitra memperkirakan, BBNI bisa mengontrol kredit macet alias non performing loan (NPL) gross di level 2,3%. Angka tersebut tak berubah dari proyeksi NPL gross BBNI di 2014 yang juga di 2,3%.Rasio NPL BBNI akan menurun di 2016 menjadi 2,2%.
Kontribusi BNI Life
Pada tahun ini, menurut Marisa, BBNI juga akan ditopang dari anak usahanya yakni BNI Life Bancassurance. "BNI akan melipat gandakan asuransi premium menjadi Rp 2 triliun," kata dia. Sebab dengan pertumbuhan anak usahanya maka fee based income dan cross selling BBNI akan bertumbuh.
Kalau Marisa cukup yakin, Andy justru melihat BBNI sulit mendapatkan fee based income. Sebab, brand image BBNI tak sekuat PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). "Sehingga ini menjadi tantangan tersendiri bagi BNI," terangnya.
Meski demikian, Eka yakin, pendapatan BBNI akan mencapai Rp 22,96 triliun. Jumlah itu naik dari estimasi di 2014 sebesar Rp 20,95 triliun. Sementara untuk laba bersih BNI di tahun ini akan mencapai Rp 10,98 triliun, naik dari target tahun lalu sebesar Rp 9,94 triliun.
Kalau Andy memperkirakan tahun ini BBNI akan mengantongi pendapatan Rp 36,17 triliun naik dari target 2014 Rp 30,52 triliun. Sementara laba bersih mencapai Rp 11,96 triliun naik dari target tahun lalu Rp 10,34 triliun.
Ketiga analis ini kompak merekomendasikan beli untuk BBNI. Marisa menargetkan di Rp 6.525, Eka di Rp 6.750 dan Andy di Rp 6.700. Selasa (20/1) harga BBNI turun 1,26% di Rp 5.900.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News