Sumber: KONTAN | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Kerjasama pembangunan terminal bahan bakar di Kalimantan Selatan antara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Shell Indonesia menjadi ancaman serius bagi bisnis penyaluran bahan bakar minyak (BBM) milik PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).
Riset Analis Trimegah Securities Steve Matuari menyatakan, dengan asumsi harga bahan bakar Rp 5.000 per liter, AKRA berpotensi kehilangan pendapatan Rp 420 miliar per tahun. Sebab, saat ini AKRA memasok bahan bakar ke ADRO sebanyak 7.000 kiloliter (kl) per bulan.
Nah, kerjasama ADRO dengan Shell berpotensi mengurangi penjualan AKRA. Bahkan bukan tak mungkin ADRO memutus kontrak pembelian bahan bakar minyak dari AKRA. "Kehilangan penjualan bahan bakar sebesar 84.000 kl per tahun berpengaruh sangat signifikan bagi pendapatan AKRA," terang Steve dalam risetnya yang dipublikasikan pekan lalu.
Kendati akan kehilangan pendapatan dari ADRO, pendapatan AKRA akan terselamatkan jika perusahaan tersebut berhasil memenangkan tender penyaluran bahan bakar bersubsidi pemerintah. "Kami yakin AKRA memiliki kesempatan yang besar memenangkan tender distribusi BBM di zona 1 dan 4 wilayah Sumatera dan Nusa Tenggara," tulis Steve.
Sekretaris Perusahaan AKRA Suresh Vembu tidak mau berandai-andai soal pemutusan kontrak Adaro itu. Yang pasti saat ini perusahaannya masih terus memasok bahan bakar untuk ADRO.
Lagi pula, kata dia, penghentian penjualan ke ADRO juga bukan masalah besar AKRA. "Klien kami bukan Adaro saja masih banyak perusahaan yang kami pasok kebutuhan bahan bakarnya," terang Suresh, kemarin.
Sekedar catatan, pendapatan AKRA selama tahun 2008 mencapai Rp 9,47 triliun. Dari jumlah tersebut, penjualan BBM memberikan kontribusi sebesar Rp 5,06 triliun. Khusus di Kalimantan, penjualan BBM AKRA menyumbang 60% dari bisnis energi mereka.
ADRO dan Shell berniat membangun terminal bahan bakar berkapasitas 60.000 ton di areal milik Indonesia Bulk, anak usaha ADRO, di Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Proyek yang menelan dana sekitar US$ 40 juta itu akan selesai akhir 2009.
Pada tahap pertama, Shell akan mengoperasikan dan mengendalikan penuh terminal itu hingga 31 Desember 2022. Setelah itu, anak perusahaan ADRO mengendalikan secara penuh aset tersebut.
Steve merekomendasikan tahan untuk saham AKRA dengan target harga Rp 1.000 per saham. Pada penutupan perdagangan kemarin, harga saham AKRA turun 1,02% dan berakhir di posisi Rp 970 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News