Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Sejumlah perusahaan melirik pasar modal untuk menghimpun dana melalui penawaran saham perdana ke publik. Kabar teranyar, perusahaan perkebunan PT Provident Agro bersiap initial public offering (IPO) pada Oktober tahun ini.
Provident akan menjual 1,42 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Nilai itu setara 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah penawaran umum. Berdasarkan catatan KONTAN, Provident membidik dana IPO senilai Rp 500 miliar.
Perusahaan akan menggunakan sekitar 85% dana hasil IPO untuk membiayai belanja modal entitas anak berkaitan pembebasan lahan. Ada beberapa rencana seperti perluasan area perkebunan, kegiatan penanaman kelapa sawit, perawatan tanaman belum menghasilkan dan pembangunan pabrik kelapa sawit.
Adapun 15% dana IPO akan dipakai untuk membiayai modal kerja entitas anak, antara lain membeli tanaman belum menghasilkan, pengadaan
bahan baku dan biaya operasional lain.
Saat ini, kepemilikan saham Provident Agro dikuasai PT Saratoga Sentra Business serta PT Provident Capital Indonesia. Porsi kepemilikan keduanya seimbang, masing-masing menggenggam 2,13 miliar saham. Setelah IPO, investor publik memiliki 25% saham, sedangkan Saratoga dan Provident Capital masing-masing menguasai 37,5%.
Masa penawaran awal atau bookbuilding dijadwalkan pada 13-14 September dan 17-21 September 2012. Kemudian masa penawaran direncanakan pada 1 Oktober hingga 2 Oktober 2012. Provident Agro berharap pencatatan saham perdana di BEI berlangsung pada 8 Oktober 2012.
Demi melancarkan IPO, Provident Agro menunjuk Indo Premier Secutiries dan DBS Vickers Securities sebagai penjamin emisi efek dan agen penjualan.
Selain Provident Agro, ada tujuh perusahaan lagi yang siap IPO pada tahun ini. Mereka adalah PT Siba Surya, PT Pelayaran Nelly Dwi Putri, PT Expressindo Transindo Utama, PT Baramulti, PT Pasifik Agro Sentosa, PT Citra Borneo Indah dan PT Nirvana Development. Siba Surya, misalnya, ingin menjual 20% saham. Siba akan memakai dana hasil IPO untuk ekspansi usaha.
Di lain pihak, perusahaan transportasi udara PT Merpati Nusantara Airlines juga membuka opsi IPO dengan porsi 20% saham dalam jangka panjang. Executive President Commercial Merpati, Sutan Banuara mengatakan Merpati masih melakukan pembenahan internal sebelum IPO. "Paling cepat kami IPO, tiga tahun lagi. Kami mungkin baru IPO, setelah Pemilu 2014 nanti," ujar dia.
Merpati bertekad terus memperbaiki kinerja keuangannya. Perusahaan ini menargetkan sudah mencatatkan laba bersih sebelum IPO nanti. "Menurut peraturan, perusahaan yang akan IPO harus untung selama dua tahun berturut-turut," kata Sutan. Pada 2011, Merpati menderita kerugian Rp 750 miliar. Di kuartal I-2012, Merpati masih merugi Rp 250 miliar.
Fund manager Sinarmas Asset Management Jeff Tan mengatakan prospek IPO di bursa saham Indonesia masih menarik. Manurut dia, investor akan melirik penawaran saham yang memiliki valuasi murah.
"Di tengah kondisi saat ini, IPO tidak melihat sektor perusahaan. Entah sektor perkebunan, transportasi dan lainnya masih berprospek bagus. Investor akan menyerbu saham yang valuasinya murah," ujar dia.
Sebelum mendekap saham-saham IPO, para investor tentunya akan melihat terlebih dahulu fundamental setiap perusahaan. Perusahaan yang memiliki fundamental bisnis serta keuangan yang bagus akan dibidik oleh pemilik modal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News