Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Sepanjang tahun ini, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) masih memimpin saham penggerak pergerakan Indeks. Meskipun harga saham UNVR hanya naik 10,7% year to date (ytd), namun emiten konsumer ini memberi sumbangsih terbesar terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yakni 29,3 poin.
Sejumlah analis melihat prospek saham dan bisnis UNVR tahun depan masih cukup positif. Pasalnya, kondisi ekonomi diperkirakan akan lebih baik setelah proyek-proyek infrastruktur pemerintah mulai berjalan. Ini tentu akan mendorong daya beli masyarakat yang menjadi peluang bagi perseroan sebagai perusahaan konsumer.
Ankga Adiwirasta, Analis BNI Securitas menilai prospek UNVR tahun 2016 masih positif karena daya beli masyarakat akan terus mengalami peningkatan. " Banyak memperkirakan daya beli masayarakat tahun depan akan lebih baik. Ini sudah mulai tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen November lalu sudah mulai naik," Kata Ankga pada KONTAN, Selasa (8/12).
Selain itu, prospek positif tersebut juga dipengaruhi oleh kehadiran pabrik pengolahan kelapa sawit atau Crude Palm Kernel Oil (CPKO) pertama UNVR yang resmi beroperasi November lalu.
Pabrik yang dikelola PT Unilever Oleochemical Indonesia (UOI) di Sei Mangkei, Sumatera Utara tersebut memiliki kapasitas produksi 200.000 ton per tahun. Pabrik ini menghasilkan produk turunan CPO seperti fatty acid, surfactant, soap noodles, glycerine. Produk tersebut akan digunakan dalam pembuatan sabun, sampo dan deterjen.
Ankga mengatakan, dengan kehadiran pabrik tersebut akan memperkuat UNVR dari sisi bahan baku. Ini akan menekan beban produksi perseroan. Maklum, selama ini perseroan membeli seluruh keburuhan bahan baku yang ditaksir mencapai 500.000 ton per tahun.
Tak hanya itu, Ankga juga melihat UNVR akan diuntungkan dengan paket kebijakan yang dirilis pemerintah beberapa waktu lalu terkait penurunan tarif listrik dan kepastian rumusan kenaikan Upah Mimimum Propinsi (UMP) yang hanya memperhitungkan tingkat inflasi ditambah tingkat pertumbuhan ekonomi.
Dia bilang kebijakan pemerintah menurunkan tarif listrik untuk pelanggan industri menengah (I3) dan industri besar (I4) akan menekan beban perseroan. Sementara adanya rumusan kenaikan UMP tersebut akan memberikan kepastian bagi perseroan untuk beban gaji karyawan tahun depan.
Kendati demikian, Ankga memperkirakan kinerja perseroan tahun depan masih berpotensi mengalami perlambatan karena tekanan nilai tukar. Menurutnya, nilai tukar tahun depan masih akan melemah paska kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan akan dilakukan akhir tahun ini.
Saat ini, Ankga memperkirakan laba bersih UNVR tahun depan tumbuh sekitar 4,7%-5% menjadi Rp 6,6 triliun dan pendapatan diproyeksi tumbuh 12% menjadi Rp 41,7 triliun dari proyeksi tahun ini. "Namun, ini masih bisa direvisi turun tergantung perkembangan yang ada," ujarnya.
Ankga merekomendasikan buy untuk saham UNVR dengan target harga Rp 43.500 per saham.
Prospek UNVR Masih Cerah Tahun Depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News