kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek tiga saham tambang ini meredup


Jumat, 03 Agustus 2012 / 10:04 WIB
Prospek tiga saham tambang ini meredup
ILUSTRASI. Jorginho (kiri) dan?Sergio Busquets (kanan), gelandang bertahan andalan timnas Italia dan Spanyol dalam EURO 2020.


Reporter: Astri Kharina Bangun |

JAKARTA. Kinerja keuangan tiga emiten tambang, yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Timah Tbk (TINS) menurun di semester pertama 2012. Seperti apa prospek ketiga saham tersebut di semester kedua tahun ini?

"Ada potensi penurunan harga saham seiring dengan turunnya harga komoditas nikel dan timah," ujar Hendry Andrean, Analis Danpac Securities, Kamis (3/8).

Ia menuturkan, INCO, TINS, dan ANTM sama-sama membukukan pendapatan dan laba bersih di bawah konsensus. Menurut Hendry, rata-rata pencapaian ketiga emiten tersebut pada semester pertama 2012 di bawah 50% dari konsensus.

Sebagai catatan, per Juni 2012 laba TINS turun 51,23% menjadi Rp 336 miliar dibandingkan periode serupa tahun lalu sebesar Rp 689 miliar. Laba bersih INCO tergerus 98% menjadi tinggal US$ 5,5 juta. Sementara itu, ANTM mengumumkan penjualannya turun 7% menjadi Rp 4,5 triliun dibandingkan semester pertama 2011.

Selain harga, faktor lain yang berpotensi menekan kinerja trio emiten tambang di paruh kedua tahun 2012 adalah penyusutan permintaan dari China dan peraturan bea keluar mineral.

"Outlook-nya downtrend," ungkap Hendry.

Ia memproyeksikan, pada akhir tahun harga saham INCO bakal bertengger di Rp 2.450 per saham. Sementara pada penutupan kemarin, harga INCO di level Rp 2.375 per saham.

Adapun target harganya untuk ANTM pada akhir tahun Rp 1.000 per saham. Harga saham ANTM Rp 1.220 per saham di penutupan kemarin.

Terakhir, target harga untuk TINS pada akhir tahun adalah Rp 1.320 per saham. Kemarin, harga penutupan TINS Rp 1.300 per saham.

Dengan kecenderungan turun, Hendry menyarankan investor yang sudah memiliki saham-saham dari emiten yang bergerak di sektor tambang nikel dan timah untuk mengurangi portofolio.

Ia menambahkan, jika tetap ingin memiliki saham emiten tambang, investor bisa beralih ke sektor tambang batubara. Sektor ini juga terkena perlambatan, namun masih lebih selektif dampaknya dibandingkan timah dan nikel.

"Tapi kalau tidak mau di tambang, bisa pilih saham properti karena ada pengaruh positif dari suku bunga rendah dan permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih tinggi. Atau ke saham perbankan karena pertumbuhan kredit juga besar," ujar Hendry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×