kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Prospek saham emiten CPO masih menarik, berikut rekomendasi analis


Selasa, 21 Juli 2020 / 20:34 WIB
Prospek saham emiten CPO masih menarik, berikut rekomendasi analis
ILUSTRASI. Tarif Ekspor CPO Naik: Pekerja memanen kelapa sawit di Bogor, Senin (1/6). Per tanggal 1 Juni 2020 pemerintah menaikkan tarif ekspor kelapa sawit, CPO dan turunannya. Tarif Ekspor biji sawit dan CPO naik masing2 US$5 menjadi US$25 per ton dan US$55 per to


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga jual crude palm oil (CPO) terus merangkak naik. Merujuk data Bloomberg, hingga Selasa (21/7) pukul 16.15 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Oktober 2020 di Bursa Malaysia Derivatif berada di level RM 2.660 per ton.

Jika dihitung sejak awal Juli 2020 yang berada di posisi RM 2.282 per ton, maka harga CPO saat ini sudah meningkat 16,56%. Sementara itu, apabila dibandingkan dengan penutupan terendah di RM 1.983 per ton pada awal Mei lalu, harga CPO sudah melesat lebih dari 34%.

Menurut Ellen May, Research Institute dalam pemberitaan Kontan.co.id, Selasa (21/7), peningkatan harga jual CPO merupakan efek positif dari pelonggaran lockdown di beberapa negara pengimpor CPO, seperti China dan India.

Baca Juga: Simak rekomendasi teknikal ADRO, BOGA, dan CTRA pada perdagangan Rabu (22/7)

Pelonggaran ini membuat kegiatan ekonomi dapat berjalan kembali sehingga meningkatkan kebutuhan terhadap energi.

Kenaikan harga CPO ini diiringi dengan peningkatan harga saham-saham emiten yang bergerak dalam bisnis ini. Apabila dihitung sejak awal Juli 2020 hingga Selasa (21/7), saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) sudah meningkat 16,46% dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) +22,31%.

Tak mau ketinggalan, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) juga mencatatkan kenaikan 23,98% dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) +24,07%. Bahkan, saham PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) telah melesat 30,68% serta PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) +30,91%.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony melihat, harga CPO ke depannya masih cukup menarik. Pasalnya, secara historikal, harga CPO cenderung naik pada akhir tahun hingga Tahun Baru Imlek. Ia memprediksi, harga jual CPO pada pengujung tahun 2020 bakal berada di level RM 2.800 per ton.

Baca Juga: Tren penurunan suku bunga acuan bisa jadi katalis bagi BBRI di sisa tahun 2020

Dengan begitu, ia memperkirakan bahwa saham-saham CPO juga masih berpeluang meningkat. "Apalagi, harga saham-saham CPO saat ini masih di bawah posisi tahun lalu," ungkap Chris saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (21/7). Sebagai contoh, berdasarkan data RTI, harga AALI masih tercatat -7,95% selama satu tahun ke belakang, SIMP -9,14%, dan LSIP -12,61%.

Analis NH Korindo Sekuritas Meilki Darmawan juga optimistis, harga jual CPO masih berpotensi naik hingga kuartal III-2020. Hal ini seiring dengan penurunan pasokan CPO akibat cuaca buruk yang terjadi sepanjang semester I-2020 di beberapa perkebunan sawit di Indonesia dan Malaysia.

Terlebih lagi, potensi La Nina yang melanda perkebunan kedelai di Amerika Selatan dapat melebarkan spread antara CPO dan minyak kedelai hingga US$ 100 per ton sehingga menguntungkan harga CPO. Sebagaimana diketahui, minyak kedelai sering kali dijadikan substitusi CPO oleh negara pengimpor.

"Saya merevisi ke atas harga rata-rata CPO di 2020 menjadi RM 2.320 per ton dari sebelumnya RM 2.120 per ton," kata Meilki. Perkiraan harga rata-rata tersebut lebih tinggi 7,16% dibanding harga jual rata-rata CPO tahun 2019 yang sebesar RM 2.165 per ton.

Baca Juga: Produk minuman kesehatan topang kinerja Sido Muncul (SIDO) di semester I 2020

Terkait dengan prospek sahamnya, Meilki merekomendasikan investor untuk melirik saham AALI dan LSIP. Menurut analisisnya, kedua emiten ini berpotensi mencatatkan kinerja yang lebih baik di tahun ini dengan average selling price (ASP) yang lebih tinggi.

Ia mengestimasi, AALI akan membukukan pendapatan Rp 18 triliun dan laba bersih Rp 536 miliar. Adapun LSIP dapat mengantongi pendapatan Rp 3,8 triliun dan laba bersih Rp 396 miliar. "Untuk keduanya, saya merekomendasikan buy dengan target harga AALI di Rp 10.000 per saham dan LSIP Rp 1.000 per saham," ucap Meilki.

Chris juga menyarankan investor untuk mengoleksi LSIP dengan target harga Rp 1.400 per saham, SIMP Rp 450, dan TBLA Rp 900 per saham. "Ketiga perusahaan tersebut cukup sehat dan harga sahamnya masih murah," tutur Chris.

Per perdagangan Selasa (21/7), harga AALI berada di posisi Rp 9.550 per saham dengan price earning ratio (PER) 12,39 kali dan LSIP Rp 1.005 dengan PER 20,94 kali. Adapun TBLA berada di level Rp 720 per saham dengan PER 9,47 kali dan SIMP Rp 318 per saham yang menunjukkan PER -24,46 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×