Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan suku bunga acuan yang bakal dilakukan bank sentral di beberapa negara di dunia, dinilai bisa mendorong naik harga komoditas khususnya logam mulia. Apalagi, yang paling dinanti pelaku pasar saat ini adalah penurunan suku bunga acuan dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) di akhir Juli 2019.
Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (26/7), harga emas untuk pengiriman Desember 2019 di Commodity Exchange (Comex) tercatat naik 0,29% ke level US$ 1.431,70 per ons troi. Sedangkan untuk harga perak tercatat naik 0,36% ke level US$ 16,470 per ons troi.
Adapun untuk harga logam mulia jenis paladium mencatatkan kenaikan sebanyak 0,08% ke level US$ 1.532 per ons troi. Sayangnya, harga platinum tidak mengikuti pergerakan rekan-rekannya yang lain, di mana pada perdagangan hari ini harga platinum cenderung turun 0,24% ke level US$ 864,94 per dollar AS.
Baca Juga: Harga Emas Menguat, Menanti Data Ekonomi AS
Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, sejauh ini sikap The Fed yang cenderung dovish dan memiliki wacana untuk memangkas suku bunga acuannya bisa memicu pelemahan pada kurs dollar AS (USD). Wajarnya, pelemahan dollar AS tersebut akan diiring penguatan lawan USD seperti kenaikan harga komoditas.
Namun Wahyu mengatakan, outlook dovish bukan hanya tunjukkan dari The Fed, melainkan juga Bank Sentral Eropa (ECB) yang semakin menegaskan rencananya semalam, lalu Bank Sentral Inggris (BoE), dan Bank Sentral Jepang (BoJ).
Bank Sentral Rakyat China (PBOC) juga menunjukkan sinyal dovish. Langkah Bank Indonesia (BI) pekan lalu yang memangkas suku bunga acuan juga dianggap Wahyu sebagai sikap dovish.
Baca Juga: Ini Alasan Saham ANTM Tetap Menarik Meski Harga Nikel Jatuh
"Karena itu efek terkuat dari tren pelonggaran moneter tersebut pastinya akan terasa pada harga emas, baik emas dunia ataupun milik Aneka Tambang (Antam) dan logam mulia lainnya," jelas Wahyu kepada Kontan.co.id, Jumat (26/7).