Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten media terutama televisi hingga kuartal III-2023 masih tertekan. Para emiten ini masih akan menghadapi beberapa rintangan lainnya.
Laba bersih PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) tergerus akibat penurunan top line. Pendapatan SCMA mencapai Rp 4,79 triliun atau turun 3,26% secara tahunan atau Year on Year (YoY).
Alhasil, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk SCMA per 30 September 2023 juga terperosok 71,52% secara tahunan menjadi Rp 236,58 miliar.
Baca Juga: Pendapatan Menyusut, Laba Bersih Media Nusantara Citra (MNCN) Turun 47%
Nasib serupa juga terjadi pada emiten milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN). Pendapatan dan laba bersih MNCN juga ambles hingga kuartal III-2023.
Pendapatan usaha MNCN setelah dikurangi eliminasi mencapai Rp 6,04 triliun per September 2023. Raihan tersebut turun 17,54% YoY dari Rp 7,33 triliun.
Penyebabnya, pendapatan iklan yang merupakan kontributor utama tercatat turun 16,08% YoY menjadi Rp 5,31 triliun. Rinciannya, iklan digital mencapai Rp 1,91 triliun dan non-digital senilai Rp 3,39 triliun.
Sejalan dengan itu, laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk MNCN hingga kuartal III-2023 ambles 47,44% secara tahunan menjadi Rp 870,54 miliar dari Rp 1,65 triliun.
Baca Juga: Pendapatan dan Laba Bersih Surya Citra Media (SCMA) Kompak Melemah per September 2023
Executive Chairman Grup MNC Hary Tanoesoedibjo menjelaskan penurunan pendapatan iklan masih dipengaruhi karena kebijakan analog switch-off (ASO).
"Ini karena kebijakan ASO yang diterapkan sepenuhnya pada Agustus 2023 dan menurunnya belanja iklan dalam negeri," kata dia, Rabu (1/11).
MNCN pun optimistis untuk menuntaskan sisa tahun ini. Hary Tanoe menyampaikan keyakinannya bahwa belanja ikan dan periode pemilu akan menjadi katalis. "Kami akan terus mengembangkan aset digital yang dimiliki MNCN sebagai salah satu agenda strategis," kata Hary Tanoe.
Baca Juga: Bursa Rumor: Asianet Jual Beli Aset ISAT dan MNC Play?
Prospek Masih Redup
Gelaran pemilu digadang-gadang akan menjadi sentimen positif bagi emiten media. Iklan kampanye berpotensi mengalir ke pundi-pundi para emiten media TV dalam negeri.
Namun jika dicermati dalam beberapa pemilihan terakhir, biaya iklan dari partai politik mulai menyusut. Pada 2019, total belanja iklan legislatif hanya mencapai Rp 75,2 miliar.
Padahal pada 2024, total belanja iklan para partai politik sebesar Rp 343,30 miliar. Sementara pada 2009, belanja iklan mencapai Rp 891 miliar.
Baca Juga: Saham Milik Para Politisi Tersengat Sentimen Pilpres
Genta Wira Anjalu, Chief Investment Officer Sinarmas Asset Management mengatakan meski anggaran kampanye pemilu legislatif mengalami peningkatan, tetapi dana iklan menurun.
"Saat ini dana iklan pemilu mulai beralih ke media sosial atau model kampanye alternatif seperti konser dan lain-lainnya," jelas Genta, Kamis (2/11).
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani juga mencermati efek belanja iklan selama gelaran pemilu merupakan katalis dalam jangka pendek saja.
"Efek dari ASO masih tetap mendominasi dan pergerakan harga saham keduanya sejalan dengan berkurangnya profitabilitas SCMA dan MNCN," katanya.
Arjun menilai secara prospek saham media seperti MNCN dan SCMA masih kurang menarik. Menurutnya masih ada saham lain yang jauh lebih prospektif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News