Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (HRUM) akan menambah saham di Cockatoo Coal Limited, perusahaan batubara asal Australia. Caranya, HRUM akan membeli saham baru Cockatoo.
Untuk aksi ini, HRUM akan menyiapkan dana sebesar US$ 19 juta-US$ 24 juta. Sebelumnya, kepemilikan saham HRUM di Cockatoo melalui Harum Energy Australia Limitad adalah sebesar 4,7%. Setelah membeli saham baru itu, kepemilikan HRUM bertambah menjadi 12%.
Analis Paramitra Alfa Sekuritas, Fadhil Herdyasnyah menilai, penambahan porsi di Cockatoo dapat membantu Harum Energy mengamankan pasokan batubara. Cuma sayang, porsi kepemilikan saham HRUM di Cockatoo terbilang kecil. Jadi, “Efek ke kinerja HRUM belum signifikan,” ujar dia.
Fadhil mengatakan, posisi kas HRUM cukup kuat. Di semester I-2013, dana kas setara kas HRUM mencapai US$ 227,1 juta. Dengan begitu, pembelian saham Cockatoo tersebut tidak akan memberatkan HRUM.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada pun menilai, aksi korporasi HRUM itu cukup bagus sebab bisa mempertahankan posisi cadangan batubara. “Jadi ketika harga batubara kembali bullish, HRUM telah siap dengan cadangan baru untuk eksploitasi,” tambah dia.
Namun, porsi kepemilikan HRUM yang hanya 12%, menurut Reza, tidak akan signifikan mendongkrak kinerja. Apalagi, kata dia, Cockatoo masih mencatatkan rugi bersih A$ 28,4 juta. Dus, investasi HRUM di Cockatoo hanya akan dicatat sebagai investasi usaha.
Analis Danareksa Sekuritas, Gabriella Maureen Natasha mengatakan, masalah utama HRUM adalah produksi tambang batubara yang hanya tersisa delapan tahun. “Setiap deal merger dan akuisisi akan menjadi katalis positif bagi perseroan kedepan,” tulis Gabriella dalam risetnya.
Menurut Gabriella, untuk mengakali tekanan terhadap kinerja tahun ini, HRUM harus melakukan efisiensi. HRUM sendiri telah mengurangi beban pengapalan menjadi US$ 48,9 per ton di kuartal II-2013, dari US$ 50,8 per ton di kuartal I-2013. “Kami percaya beban kas akan menurun sejalan dengan pengurangan invetory batubara,” ujar dia.
Fadhil memproyeksikan, harga batubara akan di kisaran US$ 80-US$ 90 per ton di tahun ini. Jika harga mampu menembus level US$ 100 per ton akan menjadi sentimen positif bagi emiten sektor tambang, termasuk HRUM.
Gabriella melihat, kelebihan pasokan di pasar batubara dunia yang membuat harga jual cuma bergerak di level US$ 82-US$ 90 per ton.
Tahun ini, dia memperkirakan, HRUM dapat mencetak pendapatan sebesar US$ 891 juta atau turun 14,57% dibandingkan tahun lalu. Pun begitu laba bersih HRUM juga akan turun 53,44% menjadi US$ 61 juta di tahun ini.
Reza melihat, harga saham HRUM berpotensi menguat. Karena itu, dia merekomendasikan buy on weakness untuk saham HRUM. Dia menargetkan harga HRUM bisa di Rp 3.500-Rp 3.650 per saham.
Namun, Gabriella merekomendasikan, hold saham HRUM dengan target harga Rp 3.050. Sedangkan, analis Mandiri Sekuritas, Ariyanto Kurniawan menyarankan neutral saham ini dengan target Rp 3.200. Kemarin, harga saham HRUM naik 5,69% ke Rp 3.250 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News