kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,90   12,59   1.38%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek emiten semen mulai menanjak lagi


Sabtu, 15 April 2017 / 14:00 WIB
Prospek emiten semen mulai menanjak lagi


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Prospek emiten produsen semen mulai merangkak naik. Hal ini tercermin dari penjualan produsen semen yang tumbuh selama kuartal pertama tahun ini.

PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), misalnya, hingga Maret 2017 mencatatkan pertumbuhan penjualan 4%5% year-on-year (yoy). Tapi penjualan SMGR di Januari dan Februari belum memuaskan. "Biasanya jika mulai naik, ke depan akan terus naik. Sebab, orang membangun tak mungkin hanya sebulan," ujar Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan SMGR kepada KONTAN, Kamis (13/4).

Tanpa merinci angka penjualannya, kenaikan itu masih didominasi produk ritel, yang berkontribusi 80% pada penjualan. Penjualan di segmen infrastruktur tumbuh lebih tinggi. "Tahun ini, kami membidik penjualannya tumbuh 4%," tambah Agung.

PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) juga mencatatkan kenaikan penjualan selama tiga bulan pertama tahun ini. Sekretaris Perusahaan SMBR Zulfikri Subli menyatakan, volume penjualan SMBR pada kuartal I-2017 mencapai 349.374 ton, tumbuh 10% dibandingkan realisasi setahun lalu.

SMBR menjual rata-rata produknya senilai Rp 935.374 per ton, sehingga meraup pendapatan Rp 327 miliar. Jumlah ini naik 10% daripada setahun lalu senilai Rp 297 miliar. "Harga jual rata-rata per ton itu diperoleh dari hasil penjualan dibagi volume penjualan," ujar Zulfikri kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Sementara PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) tetap mewaspadai kondisi ekonomi tahun ini. SMCB cukup realistis dan memprediksi bisnisnya tahun ini tumbuh tipis di 5%, sebagaimana proyeksi Asosiasi Semen Indonesia (ASI). "Kondisi ekonomi masih pasang surut dan tak terduga," ungkap Gary Schutz, Presiden Direktur SMCB, Kamis.

Menurut dia, sektor industri bahan bangunan dan konstruksi masih akan menghadapi banyak tekanan. Pelambatan ekonomi turut mempengaruhi daya beli pelanggan.

Meski pertumbuhan masih tipis, produsen semen tetap menggelar ekspansi. SMGR, misalnya, akan menambah kapasitas dengan memulai pembangunan dua pabrik, yang berlokasi di Aceh dan Kupang. Pembangunan pabrik di Aceh ditargetkan rampung pada tahun 2019 dan pabrik di Kupang selesai pada 2020 mendatang. Setiap pabrik memiliki kapasitas produksi masing-masing 2,5 juta dan 3 juta ton per tahun.

SMCB juga tak mau ketinggalan. Emiten ini akan mendapatkan tambahan kapasitas di Lhoknga, Aceh. Pasar SMCB di Sumatra juga semakin kuat lantaran mulai beroperasinya terminal semen di Lampung. Juga pembangunan terminal baru di Palembang. Manajemen SMCB menargetkan proyek ini selesai pada 2018.

Head of Research Infinitum Advisory Agustini Hamid menilai, kinerja produsen semen sejak tahun lalu menurun karena kelebihan pasokan. Penambahan pabrik baru menjadi salah satu faktornya.

Selain itu, melambatnya laju bisnis properti turut memberikan sentimen negatif. "Untuk sektor semen, masih harus melihat industri properti itu seperti apa. Saat ini belum bisa dikatakan pulih," ungkap dia.

Tahun ini, bisnis properti diprediksi tumbuh dan mendongkrak permintaan semen ritel. Industri semen bisa naik 5%-6%. "Saat ini sektor semen termasuk defensif, seiring pertumbuhan ekonomi. Kita tak bisa mematok terlalu tinggi," kata Agustini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×