Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan inflasi Amerika Serikat (AS) merupakan katalis positif bagi harga Bitcoin (BTC). Aset kripto terpopuler ini rentan dengan kenaikan suku bunga yang bisa memperkuat nilai tukar dolar AS.
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha menjelaskan bahwa sentimen positif bagi Bitcoin adalah data Consumer Price Index (CPI) AS yang menunjukkan penurunan. Inflasi AS pada bulan April 2023 turun menjadi 4,9% dari 5,0% pada bulan Maret 2023.
“Tingkat Inflasi AS yang kembali turun membuka peluang The Fed untuk menghentikan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat,” kata Panji dalam Market Update Ajaib Kripto, Jumat (19/5).
Panji mencermati, ada potensi ditahannya level suku bunga pada pertemuan FOMC 13-14 Juni 2023 yang akan berdampak positif bagi harga Bitcoin. Menurut CMEWatch, pada FOMC di 14 Juni 2023 terdapat peluang sebesar 77,6% The Fed berpotensi akan mempertahankan suku bunga di level saat ini yaitu 5%-5,25%.
Baca Juga: Harga Bitcoin Kembali Tertekan, Intip Prospek Aset Kripto Pekan Ini
Hal itu tidak terlepas pula dari kondisi perekonomian Amerika Serikat yang tengah dihadapkan potensi gagal bayar utang. Dimana, AS belum pernah melalui fase gagal bayar seperti yang terjadi saat ini. Menariknya, Bitcoin menjadi salah satu aset kripto yang dipertimbangkan jika AS gagal bayar utang.
Menurut Panji, ketika situasi gagal bayar utang AS menjadi sulit maka terdapat kemungkinan pemerintah AS bakal mencetak dolar seperti yang dilakukan pada Maret tahun lalu. Nah, bertambahnya peredaran dolar AS di pasar akan menyebabkan nilai dolar terdepresiasi karena suplai yang melimpah di pasaran. Ini tentu katalis positif bagi harga bitcoin karena dolar AS melemah.
Selain pengaruh dari inflasi, dukungan harga bitcoin datang dari pengadopsiannya yang mulai diterima di berbagai negara. Pusat penelitian blockchain nasional baru telah dibuka di Beijing yang akan bertindak sebagai pusat penelitian untuk industri blockchain China. Sementara, Pemerintah Liechtenstein berencana memungkinkan warganya untuk membayar sejumlah layanan di negara itu dengan Bitcoin pada masa mendatang.
Kendati demikian, kemungkinan The Fed meningkatkan suku bunga masih terbuka, menyusul penurunan inflasi masih jauh di atas target 2%. Salah satu indikator adalah data Non Farm Payrolls (NFP) AS yang menambahkan 253.000 pekerjaan di bulan April 2023. Angka ketenagakerjaan AS tersebut lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebanyak 165.000. Selain itu, data tingkat pengangguran berada di level 3,4% pada April 2023 atau turun sedikit di bawah periode sebelumnya 3,5%.
Baca Juga: Hati-Hati, Fase Koreksi Harga Bitcoin dan Altcoins
“Ketika suku bunga naik maka akan mendorong penguatan dolar AS. Korelasi antara penguatan harga dolar AS ke Bitcoin kecenderungannya negatif,” kata Panji.
Investor juga harus mewaspadai volatilitas harga karena risiko keruntuhan pasar kripto seperti FTX bisa saja terulang. Pada Senin (8/5), bursa kripto Bittrex mengajukan kebangkrutan Chapter 11 UU Kepailitan AS ke Pengadilan Distrik Delaware, AS. Serta, isu pemerintah AS akan menjual Bitcoin hasil sitaan kejahatan darkweb Silk Road 4 turut berpengaruh negatif terhadap pasar kripto.
Sejak awal 2023, Panji memaparkan, pasar kripto mulai bangkit dari kejatuhan pasar yang terjadi di tahun 2022. Pangsa pasar secara keseluruhan meningkat sekitar 63,81% dari total pangsa pasar US$759 miliar pada 1 Januari 2023 menjadi US$1.244 triliun pada 15 April 2023.
Terkhusus Bitcoin, aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar ini telah mencapai level tertinggi sejak Juni 2022 yang sempat menyentuh level US$ 30.500 di tahun ini. BTC melesat dengan kinerja yang sangat positif, naik hampir 84% dari 1 Januari hingga 15 April 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News