kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.739   21,00   0,13%
  • IDX 7.468   -11,36   -0,15%
  • KOMPAS100 1.154   0,16   0,01%
  • LQ45 915   1,77   0,19%
  • ISSI 226   -0,94   -0,41%
  • IDX30 472   1,65   0,35%
  • IDXHIDIV20 569   1,75   0,31%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,25   0,16%

Prospek aktivitas manufaktur Asia meredup


Senin, 03 Desember 2018 / 14:26 WIB
Prospek aktivitas manufaktur Asia meredup
ILUSTRASI. Manufaktur China


Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Prospek ekonomi di Asia meredup, seiring dengan pelemahan aktivitas produksi pabrik dan permintaan pada bulan November. Belum ada sinyal perbaikan, di tengah konflik dagang global masih menyimpan pergolakan.

Dibekali kekhawatiran dunia usaha akan proteksionisme, aktivitas manufaktur merosot di berbagai kawasan Asia, mulai dari Indonesia, Taiwan, hingga Korea Selatan. 

Menurut data Purchasing Managers’ Index (PMI) yang dirilis IHS Markit, meskipun aktivitas pabrik di China naik, permintaan ekspor baru lanjut menurun. Ini memperlihatkan, sektor manufaktur China mulai terpukul dengan friksi perang dagang AS-China. 

Survei ini pun datang bersamaan dengan data yang menunjukkan ada penurunan tajam anggaran belanja modal di korporasi Jepang. Padahal, Jepang menjadi penanda ekonomi yang mengandalkan ekspor.

Sejatinya, Presiden AS Donald Trump dan China Xi Jinping telah bertemu dan menghasilkan kesepakatan gencatan senjata perang dagang. Tapi, masa ini hanya berlangsung selama 90 hari. 

"Ada risiko besar bahwa perang dagang AS-China memanas lagi setelah gencatan senjata 90 hari, dan akan membebani ekonomi global," kata Yoshimasa Maruyama, chief market economist SMBC Nikko Securities, seperti dikutip dari Reuters.

Perang dagang AS-China tetap menjadi risiko terbesar bagi prospek ekonomi global, mengingat terjadi di antara dua negara perekonomian terbesar. 

PMI Indonesia

Mengutip data IHSG Markit, PMI Indonesia bulan November melemah ke level terendah dalam lima bulan. Nikkei Indonesia Manufacturing Purchasing Managers’ Index™ tercatat turun ke 50,4 pada November, dari sebelumnya 50,5 pada Oktober. 

Indeks PMI di atas 50 menunjukkan, aktivitas manufaktur suatu negara masih berekspansi. Namun, penurunan memperlihatkan ekspansi di sektor manufaktur di Indonesia melambat. 

Beberapa catatan dari Markit, permintaan akan produk dari Indonesia stabil, tetapi penjualan ekspor masih melanjutkan penurunan.

Rantai pasokan juga dalam tekanan karena terganggu masalah cuaca. Di sisi lain, tekanan dari inflasi masih cukup besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×