Reporter: Benedictus Bina Naratama | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Kue bisnis PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) bisa merekah lagi. Produsen roti yang mengusung merek Sari Roti ini mulai merasakan nikmatnya hasil pengoperasian dua pabrik baru di Purwakarta, Jawa Barat; dan Cikande, Banten.
Kehadiran dua pabrik baru di Purwakarta dan Cikande bisa menahan penurunan produksi ROTI, manakala emiten ini merenovasi pabrik lamanya di Cikarang. Dus, produksi Sari Roti tetap terjaga pada kuartal I 2015. Maka tak heran jika kinerja keuangan Nippon Indosari pada kuartal I 2015 tetap positif.
Di periode itu, pendapatan ROTI tumbuh 11,68% year-on-year (yoy) menjadi Rp 518,86 miliar. Alhasil, laba bersihnya naik 9,58% (yoy) menjadi Rp 67,12 miliar. Kinerja perusahaan sempat dikhawatirkan menurun karena penutupan pabrik di Cikarang. "Tapi setelah pemindahan produksi ke pabrik di Purwakarta dan Cikande pada pertengahan 2014, pendapatan ROTI langsung positif pada kuartal I 2105," ujar Michael W Setjoadi, Analis Bahana Securities, kemarin (6/5).
Pabrik di Purwakarta beroperasi sejak April 2014 dan pabrik Cikande pada Mei 2014. Prospek bisnis ROTI masih bagus, karena tren masyarakat Indonesia semakin tertarik mengkonsumsi roti sebagai pengganti nasi.
Michael menduga, tren konsumsi ini terus meningkat dan tak terpengaruh kondisi ekonomi negara yang cenderung menurun. Sebab, roti tak lagi dianggap sebagai makanan pengganti melainkan kebutuhan.
Analis BCA Sekuritas, Tiara Nursyani, menilai, penjualan produk roti tawar berkontribusi terbesar bagi pendapatan Nippon Indosari di kuartal I 2015, yakni Rp 341,8 miliar. "Penjualan produk baru Sari Roti, yakni Dorayaki dan Mini Bun, juga telah menyumbang penjualan senilai Rp 5,7 miliar pada kuartal I-2015," tulis Tiara dalam riset 27 April 2015.
Kendati demikian, analis Danareksa Sekuritas, Jennifer F Yapply, menuturkan, pertumbuhan kinerja ROTI di kuartal I 2015 melambat karena konsumsi masyarakat cenderung melemah. Apalagi, ROTI baru-baru ini menerbitkan obligasi Rp 500 miliar. Sebanyak 68% dana obligasi mengalir untuk membayar utang. Dus, beban bunga ROTI meningkat. "Mulai 2016 dan seterusnya, beban bunga obligasi berdampak cukup besar terhadap bottom line," kata Jennifer dalam risetnya pada 5 Mei 2015.
ROTI merupakan produsen roti terbesar di Indonesia. Saat ini ROTI memiliki 10 pabrik dan menguasai 90% market share di Indonesia di segmen roti produksi massal. Michael melihat, brand Sari Roti masih kuat di mata masyarakat dibandingkan merek lain. Ini terbukti dari persentase pengembalian roti yang tidak laku cenderung menurun. "Permintaan produk masih tinggi dan posisinya di market masih kuat. Pengembalian produk juga di bawah 50%, masyarakat masih melihat brand ketika membeli roti," ujar dia.
Tiara juga memproyeksikan, margin ROTI tetap stabil di masa akan datang karena emiten ini memiliki kebijakan harga yang fleksibel. Michael dan Tiara merekomendasikan buy saham ROTI dengan target masing-masing Rp 1.750 dan Rp 1.550. Sedangkan Jennifer merekomendasikan hold dengan target Rp 1.200.
Harga saham ROTI kemarin ditutup menguat 5,41% menjadi Rp 1.170 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News