kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produsen CPO sambut positif penundaan bea keluar untuk CPO


Rabu, 02 Oktober 2019 / 19:25 WIB
Produsen CPO sambut positif penundaan bea keluar untuk CPO
ILUSTRASI. Pemerintah menunda pungutan bea keluar untuk ekspor CPO dan turunannya dari 1 Oktober 2019 menjadi 1 Januari 2020.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menunda pungutan bea keluar untuk ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya. Kebijakan yang semula bakal diberlakukan 1 Oktober 2019 tersebut mundur menjadi 1 Januari 2020.

Alasannya, pemerintah tidak ingin membuat harga CPO dan turunannya semakin tertekan. Para produsen CPO menyambut positif kebijakan pemerintah tersebut.

Senior Vice President of Communications PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI, anggota indeks Kompas100) Tofan Mahdi mengatakan, pihaknya mendukung setiap kebijakan yang diambil pemerintah demi keberlanjutan dan masa depan industri sawit nasional. "Pemerintah pasti sudah mempertimbangkan semua faktor sebelum mengambil kebijakan tersebut," kata Tofan saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (2/10).

Baca Juga: Naik 3,1% di kuartal III, harga CPO dibayangi sentimen perang dagang

Sebagai informasi, total volume penjualan ekspor CPO maupun produk turunannya mencakup 50% dari total volume penjualan AALI. Ekspor CPO AALI pada bulan Agustus 2019 mencapai 72.500 ton atau naik 18% dibandingkan ekspor bulan Juli 2019 yang sebesar 50.500 ton. "Sebagian besar ekspor ini ditujukan ke India, lalu China dan Singapura," kata dia.

Bernada serupa, Investor Relations Sinar Mas Agribusiness and Food Pinta S Chandra menyebut, penundaan pengenaan bea keluar CPO ini bisa meringankan beban industri CPO domestik. Pasalnya, saat ini harga pasar CPO internasional tengah melemah yang berdampak tidak hanya pada korporasi, tetapi juga petani.

"PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) menyambut baik keputusan penundaan pungutan bea keluar ekspor CPO dan turunannya karena hal ini dapat memperingan beban industri kelapa sawit," kata Pinta.

Kebijakan ini akan memberikan dukungan terhadap harga buah sawit di Indonesia di tengah penurunan harga pasar CPO internasional.  Maklum saja, komposisi penjualan ekspor SMAR biasanya mencakup 40%-50% dari total penjualan. Per semester 1-2019, SMAR mencatatkan penjualan total sebesar Rp 17,81 triliun.

Baca Juga: Sinar Mas sambut positif penundaan bea keluar untuk ekspor CPO

Bernada serupa, Sekretaris Perusahaan PT Mahkota Group Tbk (MGRO) Elvi mengatakan,  penundaan pungutan bea keluar CPO sudah tepat dilakukan oleh pemerintah. Pasalnya, jika tetap dilakukan seperti jadwal semula, maka akan berimbas pada jatuhnya harga kelapa sawit pada level petani.

"Karena pihak pengekspor CPO tentunya akan menekan harga untuk mendapatkan keuntungan setelah dibebani oleh bea keluar. apalagi harga pasaran CPO sendiri juga sedang tertekan," kata dia.

Baca Juga: Khawatir Produksi Melimpah, Harga CPO Mulai Loyo

Dalam aturan tersebut, apabila harga CPO dan turunannya di atas US$ 570 per ton akan dikenakan pungutan sebesar US$ 25 per ton atau separuh dari tarif normal. Kemudian,  pemerintah akan mengenakan tarif bea keluar sebesar US$ 50 per ton kepada ekspor CPO dan turunannya bila harga komoditas di pasar internasional mencapai di atas US$619 per ton.

Pemberlakuan bea keluar CPO mulai tahun depan bertepatan dengan pelaksanaan program campuran minyak nabati 30% ke bahan bakar minyak (BBM) jenis solar alias B30. Menurut Elvi, pemberlakukan B30 secara bersamaan dengan pungutan bea keluar CPO adalah suatu keseimbangan.

Pasalnya, B30 akan memacu pemakaian CPO di dalam negeri sehingga pengekspor dapat mengalihkan sebagian besar CPO untuk pemakaian di dalam negeri dan tidak tergantung terus pada pasar ekspor. "Jadi, dengan berkurangnya ketergantungan pada pasar ekspor tentunya akan mengurangi pungutan bea keluar," kata Elvi.

Baca Juga: Bersiap, harga CPO diramal akan naik menjadi 2.300 ringgit per ton di kuartal IV

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×