Reporter: Raka Mahesa W | Editor: Edy Can
JAKARTA. Produksi PT BW Plantation Tbk (BWPT) sepanjang kuartal pertama 2011 meningkat tajam dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi produksi ini melebihi prediksi perseroan ini di awal tahun.
Manajemen BWPT menyebut produksi tumbuh tinggi karena perubahan siklus panen. "Biasanya puncak panen kami terjadi di semester dua, tapi sepertinya siklus panen tahun ini akan berubah sehingga puncak panen terjadi di semester satu," kata Kelik Irwantono, Sekretaris Perusahaan BWPT, Jumat (8/4).
Produksi sawit tandan buah segar (TBS) di kuartal pertama 2011 lalu naik 51,25% menjadi 110.748 ton. Sementara produksi minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) naik 50,85% menjadi 25.347 ton. Produksi kernel juga naik 45,05% menjadi 4.128 ton.
Harga CPO BWPT juga naik menjadi Rp 7 juta per ton. Pada periode yang sama di 2010 lalu harga CPO BWPT mencapai Rp 6,4 juta per ton.
Kelik memperkirakan ada dua hal yang menyebabkan siklus panen BWPT berubah. Pertama, intensitas hujan sepanjang kuartal satu 2011 lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun 2010.
Kedua, bertambahnya tanaman sawit yang sudah memasuki usia matang. Tahun ini tanaman sawit yang ditanam pada 2007 lalu sudah mulai menghasilkan sawit dengan optimal. Produksi TBS sawit dari tanaman tersebut mencapai 11 ton per hektare (ha).
Dengan demikian, luas tanaman yang menghasilkan tahun ini bertambah sekitar 4.393 ha. Total luas lahan yang tanamannya sudah menghasilkan tahun ini bakal mencapai 19.663 ha.
Sekadar informasi, lahan tertanam BWPT di akhir 2010 lalu mencapai 52.060 ha. Tahun ini BWPT akan menambah jumlah lahan yang ditanami. Rencananya, emiten perkebunan ini akan menanam sawit baru di lahan seluas 10.500 ha.
BWPT juga akan menambah kapasitas pabrik pengolahannya. Tahun ini BWPT akan membangun pabrik pengolahan CPO berkapasitas 30 ton per jam di Kalimantan Tengah. Pabrik ini ditargetkan bisa beroperasi di akhir 2011 atau di awal 2012.
Tahun ini BWPT menganggarkan belanja modal sebesar Rp 550 miliar. Perinciannya, Rp 65 miliar digunakan untuk membangun pabrik pengolahan. Sisanya untuk penanaman baru dan perawatan tanaman belum menghasilkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
