Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) cenderung berada dalam tren kenaikan sejak akhir tahun silam. Kendati demikian, analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Ike Widiawati cenderung menganggap kenaikan ini cenderung sentimen sesaat saja ketimbang secara fundamental.
“Kenaikan harga saham MDKA memang lebih dikarenakan sentimen dari harga emas yang pada periode tersebut naik cukup signifikan. Namun, secara umum, kinerja MDKA untuk tahun 2021 dari segi produksi emas MDKA masih akan moderat,” kata Ike kepada Kontan.co.id, Selasa (2/2).
Salah satu penyebab produksi emas MDKA akan moderat adalah dampak dari insiden retakan di salah satu tambang MDKA. Pada September tahun lalu, terjadi keretakan pada permukaan heap leach pad di tambang Tujuh Bukit, Banyuwangi. Keretakan tersebut pun berdampak pada kerusakan sebagian pipa dan alat pemompa.
Baca Juga: Sentimen yang akan menggerakkan IHSG pada perdagangan Rabu (3/2)
Ike melihat dampak dari insiden ini masih akan mengganggu produksi di Tujuh Bukit setidaknya hingga kuartal I-2021. Ia juga menilai, puncak produksi tambang emas di Tujuh Bukit sebenarnya terjadi pada 2019-2020. Dengan adanya keretakan tadi, Ike memperkirakan produksi emas di Tujuh Bukit pada 2021-2023 akan lebih rendah dibanding
Sementara dari harga emas, Ike meyakini tahun ini prospeknya cenderung tidak akan sebaik tahun lalu. Menurutnya, dengan pemulihan ekonomi yang mulai berjalan, serta pelaku pasar yang mulai kembali melirik aset berisiko, harga emas pun akan turun.
“Dengan ekonomi global yang akan membaik, kami memperkirakan harga emas pada tahun ini akan berkisar di level US$ 1.700 per ons troi,” imbuhnya.
Terkait komoditas selain emas, yakni perak dan tembaga, Ike juga melihat kondisinya tidak akan jauh berbeda. Ia memperkirakan harga perak pada tahun ini juga cenderung di bawah harga tahun lalu. Walaupun permintaan perak masih akan tinggi, namun dengan suplai yang ikut meningkat pada akhirnya akan membuat harga perak turun. Apalagi saat ini aktivitas pertambangan sudah pulih hampir 75%.
Baca Juga: Harga emas masih berpotensi naik, begini rekomendasi saham Merdeka Copper (MDKA)
Sementara untuk tembaga, Ike menilai kondisinya akan jauh lebih baik. Dari sisi pasokan, tembaga masih akan cenderung terbatas. Apalagi, kebijakan stimulus China pada sektor manufaktur dan konstruksi turut membantu mengangkat harga tembaga. Selain itu, China juga berencana mengembangkan pembangkit listrik bertenaga surya maupun angin yang turut meningkatkan permintaan terhadap tembaga.
Lebih lanjut, Ike memperkirakan pendapatan MDKA pada sepanjang tahun lalu akan mencapai US$ 341,5 juta atau turun 15% dibanding 2019. Penurunan ini disebabkan proyek Wetar yang memproduksi tembaga hanya sepertiga dari total produksi tembaga 2019. Adanya retak permukaan di Tujuh Bukit juga turut membuat MDKA tidak mampu memanfaatkan momentum kenaikan harga emas secara optimal.
“Tujuh Bukit merupakan tambang yang memproduksi baik emas dan perak di mana berkontribusi pada 75% total pendapatan MDKA pada 2019. Sementara pada tahun lalu, diproyeksikan berkontribusi terhadap 89% total pendapatan MDKA,” terang Ike.
Baca Juga: Caplok saham tambang nikel, eksposur Harum Energy terhadap batubara bisa berkurang
Untuk tahun ini, Ike memproyeksikan pendapatan MDKA akan mencapai US$ 328,2 juta dengan laba bersih sebesar US$ 59,1 juta.
Ike pun merekomendasikan netral untuk saham MDKA dengan target harga Rp 1.760 per saham. Sementara analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia Edward Tanuwijaya merekomendasikan hold dengan target harga Rp 1.900 per saham
Adapun saham MDKA pada perdagangan Selasa (2/2) melemah 6,07% menjadi Rp 2.360 per saham.
Selanjutnya: Minim sentimen, IHSG diproyeksikan lanjut melemah pada perdagangan Rabu (3/2)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News