Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah tertekannya kinerja industri reksadana saham, produk reksadana saham di Pinnacle Persada Investama (Pinnacle Investment) masih mencetak kinerja yang positif.
Per 17 Oktober 2024, reksadana Pinnacle Strategic Equity Fund mencatatkan kinerja 8.54% YTD, reksadana ETF berbasis saham Pinnacle CORE High Dividend ETF mencatat kinerja 12.3% YTD, reksadana Pinnacle Enhanced Liquid ETF mencetak kinerja 6.19% YTD, dan reksadana Pinnacle FTSE Indonesia Index ETF tercatat 3.16% YTD.
Sementara pada periode yang sama, data Infovesta menunjukkan kinerja reksadana saham Infovesta 90 Equity Fund Index tercatat -0,87% YTD.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Saham Tertekan, Pemangkasan Suku Bunga Bisa Jadi Katalis Positifnya
CEO PT Pinnacle Persada Investama (Pinnacle Investment) Guntur Putra mengatakan bahwa pihaknya mendiversifikasi portofolio di berbagai sektor dan jenis saham untuk mengurangi risiko. Selain itu, melakukan analisis secara kuantitatif dan fundamental mendalam terhadap saham-saham yang memiliki potensi pertumbuhan baik, serta menghindari saham yang berisiko tinggi.
"Di Pinnacle, kami menggabungkan strategi kuantitatif dan fundamental dalam mengkonstruksi portfolio investasi dan mengedepankan manajemen risiko yang terukur," ucapnya kepada KONTAN, Rabu (23/10).
Adapun reksadana saham Pinnacle Strategic Equity Fund adalah reksadana aktif yang menggunakan strategi investasi berbasis data dan machine learning sejak 2015. Fokusnya bukan pada sektor, tetapi lebih ke nilai, kualitas, momentum, dan volatilitas.
Baca Juga: Kembali Pertahankan Lanjutkan Penguatan, Ini 5 Reksadana Saham dalam Sepekan
Sedangkan untuk reksadana indeks ada Pinnacle FTSE Indonesia Index ETF. Guntur bilang reksadana indeks ini bekerja sama dengan perusahaan penyedia jasa index global yaitu FTSE Russell. Adapun metode yang digunakan adalah mengkonstruksi portfolio untuk index Indonesia.
Secara umum, Guntur mengatakan bahwa MI perlu menggunakan instrumen derivatif atau strategi hedging untuk melindungi nilai portofolio dari potensi penurunan, serta mengedepankan investasi pada saham dengan prospek pertumbuhan jangka panjang meskipun kondisi pasar tidak menentu.
Ke depannya ia memandang kinerja reksadana saham akan semakin membaik, didorong kebijakan dari pemerintahan baru yang Guntur yakini dapat meningkatkan kepercayaan investor.
"Proyeksi return reksadana saham indeks dalam 12 bulan ke depan bisa tumbuh secara positif, namun ini tetap tergantung pada kondisi pasar yang terus berubah," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News