kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Private placement, BKSL akan raup Rp 235,47 miliar


Jumat, 18 Desember 2015 / 18:27 WIB
Private placement, BKSL akan raup Rp 235,47 miliar


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: A.Herry Prasetyo

JAKARTA. PT Sentul City Tbk (BKSL) akan melakukan eksekusi penambahan modal melalui mekanisme penerbitan saham batu tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Dalam aksi private placement ini, BKSL akan menerbitkan 3,4 miliar saham seri D dengan nominal Rp 50 dan harga Rp 75.

Dari hajatan ini, BKSL akan meraup dana segar senilai Rp 235,47 miliar, atau setara dengan 10% dari modal yang ditempatkan. Rencana aksi korporasi ini telah memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) yang digelar pada 17 Desember 2015.

PT Citra Kharisma Komunika akan menjadi investor dalam aksi non HMETD ini. Sebelumnya,perusahaan ini  telah menguasai saham BKSL sebanyak 27,64% atau 8,67 miliar saham.

Pelaksanaan penambahan modal tanpa HMETD akan dilaksanakan pada 29 Desember 2015. Sedangkan pemberitahuan hasil pelaksanaan akan dilaukkan pada 4 Januari 2016.

Sebelumnya, PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) dan PT Hanson International Tbk (MYRX) juga menggelar penambahan modal melalui mekanisme private placement. Pada aksinya tersebut, SMMA berhasil mengantongi dana Rp 600 miliar melalui penerbitan 119,87 juta saham dengan nominal Rp 100 dan harga Rp 5.006 per lembar.

Sedangkan, MYRX akan mendapatkan dana segar sebesar Rp 1,05 triliun melalui penambahan modal non HMETD. MYRX menerbitkan 1,5 miliar saham baru dengan harga Rp 700 per saham.

Lucky Bayu Purnomo, analis LBP Enterprise menilai, aksi private placement sebetulnya bukanlah jalan keluar di tengah kondisi seperti ini. Menurut dia, aksi akuisisi dan merger merupakan langkah yang lebih baik bagi emiten yang melantai di bursa. “Di saat kondisi ekonomi seperti ini, aksi private placement jelas tidak memberikan kinerja positif karena suku bunga bank sentral Amerika Serikat baru saja naik sehingga dollar menguat dan rupiah melemah,” ujar Lucky.

Emiten, menurut Lucky, lebih baik menggelar aksi merger atau akuisisi. Dengan begitu, investor akan lebih mengapresiasi lantaran duit perusahaan digunakan untuk merger ataupun akuisisi. Sehingga, saat emiten tidak bisa memberikan dividen, investor merasa wajar lantaran perusahaan tengah berkembang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×