kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Prinsip Investasi Dirut Sumber Sinergi Makmur (IOTF): Investasi Harus Realistis


Sabtu, 04 Mei 2024 / 11:30 WIB
Prinsip Investasi Dirut Sumber Sinergi Makmur (IOTF): Investasi Harus Realistis
ILUSTRASI. Direktur Utama PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF) Alamsyah Cheung berbagi tips dalam menjalankan investasi.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi harus realistis dan tidak terbuai dengan keuntungan instan. Direktur Utama PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF) Alamsyah Cheung berbagi tips setidaknya ada dua prinsip penting dalam menjalankan investasi.

Pertama, pahamilah prinsip High Risk High Return dalam dunia investasi. Hal itu karena investor banyak berpatok hanya pada keuntungan tinggi, namun mengesampingkan risiko besar yang mengikuti.

Kedua, prinsip investasi Too Good To Be True mesti jadi alarm bagi investor. Sebab, investasi dengan menjanjikan keuntungan tinggi sebaliknya justru berisiko bagi investor.

“Dari situ saya melihat harus hati-hati dalam berinvestasi,” ujar Alamsyah kepada Kontan.co.id. Jumat (3/5).

Baca Juga: IOTF Siap Mendukung Teknologi Bayar Transaksi di Jalan Tol Tanpa Sentuh

Alamsyah bilang, kedua prinsip investasi tersebut ia sadari dari kisahnya sendiri. Alamsyah pernah merasakan kerugian terbesarnya di instrumen aset kripto, sementara lonjakan keuntungan didapati dari berbisnis di sektor rill dengan mendirikan perusahaan pelacak kendaraan (GPS).

Aset kripto mengajarkan bahwa investasi aset digital itu penuh risiko dengan tawaran imbal hasil tinggi. Ini sesuai dengan prinsip High Risk High Return tersebut.

Sementara, kerugian yang dialaminya di aset kripto mencerminkan prinsip too good to be true yakni terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Alamsyah terlalu naif untuk dapatkan keuntungan ganda dalam waktu relatif singkat lewat instrumen investasi yang belum terlalu dikenalnya.

Itu pula yang mendorong Alamsyah tidak lagi mengoleksi aset kripto, sejak pertama kali masuk pada 2017. Ketertarikan Alamsyah pun bergeser ke aset saham karena menilai instrumen saham bisa lebih dikuasai.

Keuntungan yang diperkirakan sekitar 10%-20% saat awal berinvestasi saham menjadi bekal kepercayaan diri bagi Alamsyah. Sekaligus, untung yang didapatkan dari berinvestasi saham membuka sudut pandang baru.

Sebagai salah satu pemilik saham di perusahaan sendiri, Alamsyah memiliki keuntungan ekstra karena mendapatkan lonjakan keuntungan dari pergerakan saham saat Initial Public Offering (IPO). 

Selain itu, keuntungan ekstra didapatkan karena sebagai pemimpin yang bisa memandu performa perusaahan tetap dalam target. 

Adapun total kepemilikan Alamsyah sekitar 30% di PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF) yang telah melantai di pasar modal tanggal 6 Oktober 2023. IOTF alias Foxlogger sudah berdiri sebagai sebuah perusahaan pada tahun 2015 lalu. 

Baca Juga: Sumber Sinergi Makmur (IOTF) Ekspansi Bisnis ke IKN

Sebagai gambaran, Alamsyah menceritakan, pertama kali mendirikan startup Foxlogger dengan modal Rp 200 juta pada tahun 2015. Kemudian, valuasi IOTF saat IPO terpantau sebesar Rp 528 miliar.

"Investasi di bisnis rill yang saya jadikan perusahaan terbuka, sehingga saya memiliki aset saham yang luar biasa melonjak," kata Alamsyah.

Jika dipetakan, porsi portofolio investasi Alamsyah sekitar 90% diletakkan di saham. Sedangkan, sekitar 10% aset sisanya berupa bisnis restoran dan properti perumahan.

Alamsyah mengungkapkan bahwa dirinya juga menyukai koleksi barang-barang unik seperti jam tangan mewah. Itu karena melihat orang kaya di Indonesia terus bertumbuh, sehingga peluang harganya diperkirakan terus meningkat dari waktu ke waktu.

Tak banyak berubah, Alamsyah muda juga suka mengoleksi barang-barang unik seperti kartu ucapan natal saat masih Sekolah Dasar (SD). Pria kelahiran 1987 ini membeli kartu ucapan natal untuk diperjualbelikan kembali dengan harapan dapatkan harga tinggi. 

"Permintan kartu natal banyak karena teman ingin berbagi kartu natal. Dari sana sih awal mulanya berinvestasi, lalu membentuk pola pemikiran jual dagang barang" tutup Alamsyah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×