kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

PPKM darurat bikin kinerja reksadana kurang optimal sepanjang tahun ini


Senin, 01 November 2021 / 20:28 WIB
PPKM darurat bikin kinerja reksadana kurang optimal sepanjang tahun ini
ILUSTRASI. Kinerja rata-rata setiap benchmark reksadana belum berhasil menembus angka 3% sejak awal tahun.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana secara umum rupanya belum memperlihatkan hasil yang optimal sepanjang sepuluh bulan pertama tahun ini. Merujuk data Infovesta Utama, kinerja rata-rata setiap benchmark reksadana belum berhasil menembus angka 3% secara year to date (lihat tabel).

Nama Indeks Kinerja ytd (%)
Infovesta 90 Balance Fund Index 2,98
Infovesta 90 Equity Fund Index -0,56
Infovesta 90 Fixed Income Fund Index 2,96
Infovesta 90 Money Market Fund Index 2,68

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan, kinerja reksadana pada tahun ini memang di luar ekspektasi. Menurutnya, faktor utamanya adalah terjadi gelombang kedua Covid-19 pada Juli-Agustus silam yang mengakibatkan kinerja kelas aset investasi terpuruk, yang pada akhirnya ikut memengaruhi rata-rata kinerja reksadana.

Wawan bilang, walaupun IHSG sudah on target. Tapi reksadana saham tidak bisa mengekor kinerjanya. Hal ini seiring dengan penopang penguatan IHSG pada pertengahan tahun didorong oleh saham teknologi dan bank digital yang tidak dijadikan portofolio reksadana saham oleh para manajer investasi (MI). 

Baca Juga: IHSG melemah 0,58% di perdagangan perdana bulan November

“Jadi secara umum, para MI pada tahun ini memang cenderung konservatif terhadap pengelolaan reksadana saham. Bagi MI yang produknya bisa outperform IHSG tentu menunjukkan kepiawaiannya dalam mengelola portofolio,” kata Wawan kepada Kontan.co.id, Senin (1/11).

Sementara untuk reksadana pendapatan tetap, Wawan juga mengaku kinerjanya rata-ratanya di luar ekspektasi. Semula, ia memperkirakan reksadana pendapatan tetap bisa mencatatkan kinerja 6%-7% untuk tahun ini. 

Menurut Wawan, kekhawatiran akan tapering jadi biang keladi yang mengakibatkan harga obligasi terkoreksi. Dus, hal tersebut membuat kinerja reksadana pendapatan tetap kurang optimal pada tahun ini. 

Lebih lanjut, Wawan melihat nasib reksadana pendapatan tetap pada sisa tahun ini akan tergantung pada kejelasan pelaksanaan tapering. Setidaknya, dia memproyeksikan pada akhir tahun ini reksadana pendapatan tetap bisa memberikan imbal 4%. 

Baca Juga: Pasar menanti tapering, begini proyeksi IHSG untuk perdagangan Selasa (2/11)

“Sebenarnya, dengan level valuasi obligasi yang sangat menarik ini, sekarang bisa jadi momen yang tepat untuk masuk ke reksadana pendapatan tetap. Walaupun tahun depan mungkin kinerjanya tidak jauh berbeda karena adanya ancaman kenaikan suku bunga, jenis reksadana ini merupakan yang beri kinerja optimal dengan risiko yang terukur,” imbuh Wawan.

Sedangkan untuk outlook reksadana saham, pada bulan November ini, Wawan melihat IHSG akan cenderung flat seiring dengan penguatan yang cukup tinggi pada Oktober kemarin. Namun, memasuki Desember, reksadana saham baru akan tancap lagi seiring dibukanya periode window dressing yang bisa jadi katalis positif.

Apalagi, secara historis, IHSG rata-rata naik 3% pada bulan Desember dalam 15 tahun terakhir. Oleh karena itu, dia optimistis, reksadana saham bisa memberikan imbal hasil yang positif pada tahun ini, walau angkanya mungkin tidaklah setinggi tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga: Kinerja reksadana melaju sepanjang Oktober 2021

Membaik pada tahun depan

Memasuki tahun depan, Wawan meyakini industri reksadana akan jauh lebih baik dibanding tahun ini, baik dari segi dana kelolaan maupun kinerja. Menurutnya, pertumbuhan minat investor yang terjadi pada tahun ini masih akan berlanjut pada tahun depan. Hal ini akan turut membantu pertumbuhan dana kelolaan reksadana ke depannya.

Sementara secara kinerja, reksadana saham di tengah optimisme pemulihan ekonomi diperkirakan bisa akan kembali mencatatkan kinerja yang lebih baik. Proyeksinya, IHSG pada tahun depan akan kembali naik 10%, sehingga reksadana saham juga akan naik pada kisaran tersebut.

“Selama tidak ada gelombang ketiga penyebaran virus Covid-19 dan pembatasan aktivitas sosial, target pertumbuhan ekonomi sebesar 5% dapat tercapai. Hal ini akan jadi katalis utama reksadana saham,” jelasnya.

Sedangkan reksadana pendapatan tetap diyakini juga masih akan mencatatkan kinerja yang solid. Apalagi, dengan semakin turunnya minat terhadap reksadana terproteksi, reksadana pendapatan tetap akan jadi semakin optimal. Lalu, untuk reksadana pasar uang belum akan banyak berubah dari sisi kinerja karena menurut Wawan tahun depan belum akan ada kenaikan suku bunga acuan.

“Jadi, untuk kinerja, reksadana saham berpotensi paling unggul. Tapi dari sisi minat, reksadana pasar uang tetap akan yang paling tinggi seiring tren pertumbuhan investor reksadana,” pungkas Wawan.

Baca Juga: IHSG tergelincir, reksadana pendapatan tetap jadi yang terbaik dalam sepekan terakhir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×