kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PP Presisi bidik pendapatan Rp 4,9 triliun


Kamis, 21 Desember 2017 / 07:15 WIB
PP Presisi bidik pendapatan Rp 4,9 triliun


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PP Presisi Tbk (PPRE) bakal lebih agresif di tahun depan. Anak usaha PT PP Tbk (PTPP) ini menargetkan pendapatannya melesat dua kali lipat pada tahun 2018 mendatang. 

Benny Pidakso, Direktur Keuangan PPRE, mengatakan,  perusahaan ini mengincar pendapatan Rp 4,9 triliun di 2018. Hingga akhir tahun ini, PPRE yakin bisa mengantongi pendapatan Rp 2,3 triliun. 

Artinya, akan ada pertumbuhan pendapatan sebesar 113,04%. "Kami juga menargetkan laba tahun 2018 sebesar Rp 434 miliar," kata Benny saat berkunjung ke kantor KONTAN, Rabu (20/12). 

Pendapatan utama PPRE berasal dari civil work. Lalu, sisanya berasal dari penyewaan alat berat. Demi meraih target itu, PPRE tengah mengejar beberapa kontrak baru.

Targetnya, tahun depan PPRE bisa mendapatkan kontrak senilai Rp 16,5 triliun. Sekitar Rp 9 triliun merupakan kontrak carry over dari tahun ini. 

Ekspansi bisnis

PPRE juga akan melakukan ekspansi dengan masuk ke beberapa sektor baru. Misalnya saja, sektor pertambangan. Di sektor ini, perusahaan ini telah memperoleh kontrak senilai Rp 350 miliar per tahun. Proyek tersebut berada di wilayah Sumatra, dengan jangka waktu lima tahun.

Benny mengatakan, pihaknya juga sudah menandatangani kontrak baru dengan salah satu perusahaan pertambangan. Nilai kontrak tersebut sama. Selain di bidang tambang, PPRE juga akan mengembangkan bisnis di bidang erector, mechanical electrical, transportasi serta bisnis logistik. 

Tahun depan, PPRE menyiapkan dana ekspansi sebesar Rp 1,6 triliun. Belanja modal (capex) ini sedikit lebih kecil dibandingkan dengan belanja modal 2017 yang mencapai 
Rp 1,8 triliun. 

Sekitar 80% dana capex itu akan digunakan untuk investasi alat berat. Lalu, sisanya akan digunakan untuk melakukan akuisisi lahan dan akuisisi perusahaan. 
Untuk mendanai ekspansi tersebut, PPRE akan menggunakan dana dari initial public offering (IPO) sebesar Rp 700 miliar. Sementara sisanya akan berasal dari pinjaman perbankan. 

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, mengatakan, saat ini pemerintah tengah mendorong pembangunan infrastruktur. Sehingga, perusahaan alat-alat konstruksi dan perusahaan yang memiliki bisnis penunjang konstruksi bakal punya prospek kinclong. 

Namun, kinerja PPRE akan dibayangi kinerja sang induk. "Sebagai anak usaha BUMN, investor akan selalu mengaitkan PPRE dengan induknya," ujar dia. 
Hans bilang, kontrak baru PTPP memang cukup bagus. Namun, pasar masih mengkhawatirkan pembayaran proyek-proyek PTPP. Tapi biasanya, arus kas perusahaan induk PPRE itu akan membaik menjelang akhir tahun

Hingga kuartal III-2017, PPRE membukukan pendapatan sebesar Rp 930 miliar. Angka ini tumbuh 271% year on year (yoy). Pada periode yang sama tahun lalu, PPRE hanya mampu mengumpulkan pendapatan Rp 251 miliar.

Kontribusi terbesar pendapatan PPRE berasal dari civil work, termasuk foundation work yakni 61% dari total pendapatan. Sementara bisnis penyewaan alat berat berkontribusi sekitar 16%. Bisnis ready mix menopang 14%, dan porsi 9% lainnya berasal dari form work.

Sejalan dengan pendapatannya, laba PPRE hingga kuartal III-2017 juga naik signifikan sebesar 234% yoy. Per September 2016, laba PPRE hanya Rp 27 miliar. Tapi, pada kuartal III tahun ini, laba PPRE mencapai Rp 89 miliar. Sementara itu, EBITDA perusahaan mencapai Rp 322 miliar, naik 246% yoy.

Kinerja positif PPRE juga didorong dari adanya akuisisi 51% saham di PT Lancarjaya Mandiri Abadi (LMA). Saat ini, PPRE dan LMA tengah menggarap sejumlah proyek strategis nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×