Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Perbedaan keadaan ekonomi di Inggris dan Amerika Serikat terlihat jelas pada kontrasnya arah pergerakan kedua mata uang negara tersebut.
Mengutip Bloomberg, Rabu (23/3) pukul 16.40 WIB pairing GBP/USD pun terkikis 0,23% di level 1,4175 dibanding hari sebelumnya.
Setelah Gubernur The Fed Atlanta dan San Francisco yang memberikan pandangan positif terhadap arah kebijakan moneter The Fed dalam pertemuan FOMC April 2016 mendatang, giliran Gubernur The Fed Chicago, Charles Evans yang memandang suku bunga The Fed bisa naik setidaknya dua kali tahun ini.
Katalis ini yang kemudian menopang keunggulan index USD. Hingga pukul 16.45 WIB index USD 0,26% di level 95,89. “Di saat USD kembali prima, poundsterling semakin tertekan oleh peluang terjadinya Brexit yang kian menghangat,” kata Nizar Hilmy, Analis SoeGee Futures menanggapi pergerakan GBP/USD.
Pasca ledakan bom yang terjadi di dua titik kota Brussel, Belgia. Pelaku pasar kian memandang potensi keluarnya Inggris dari Uni Eropa semakin besar. Situasi yang tidak kondusif akan mengarahkan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa. Sementara seperti yang diketahui ada dampak ekonomi yang besar pada Negeri Ratu Elizabeth, jika ia meninggalkan persatuan Eropa.
“Terproyeksi kerugian ekonomi bisa mencapai 100 miliar poundsterling dan jalur ekspor yang tertutup. Membuat perekonomian Inggris akan berada dalam keadaan suram jika itu terjadi,” papar Nizar. Faktor ini yang kemudian jadi pembeda pergerakan GBP/USD.
Ditambah lagi data ekonomi Inggris belum juga menunjukkan hasil yang memuaskan pasar. Memperpanjang beban yang ditopang oleh mata uang Negeri Ratu Elizabeth.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News