Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Meski data ekonomi Inggris kinclong, namun poundsterling gagal mengungguli posisi dollar AS. Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (10/2), pasangan GBP/USD justru terkoreksi 0,05% ke level 1,2491.
Cahyo Dewanto, analis PT Asia Tradepoin Futures mengatakan, posisi GBP memang cukup rawan menjelang keterangan pers yang akan disampaikan pejabat The Fed Stanley Fisher. Usai Presiden Trump mengumumkan rencana menurunkan pajak demi memacu pertumbuhan ekonomi AS, peluang terjadinya inflasi pun semakin tinggi. Bisa jadi hal ini semakin mendorong The Fed untuk meningkatkan suku bunga acuannya.
“Penyataan FOMC akan berdampak positif untuk USD,” ujarnya.
Sejatinya, sebelum akhirnya ditutup melemah, pasangan GBP/USD sempat naik setelah Inggris merilis hasil neraca perdagangan dan produksi manufaktur yang membaik. Pada pukul 23.45 WIB, pasangan kedua mata uang itu melambung hingga level 1,2500.
GBP sempat diuntungkan dari beberapa data ekonomi yang positif. Biro stastistik nasional Inggris melaporkan bahwa produksi manufaktur naik ke level 2,1% di bulan Desember, melampaui ekspektasi yang diperkirakan hanya 0,5%. Neraca perdagangan Inggris juga menyempit menjadi £ 10,89 miliar per Desember dari bulan sebelumnya defisit £ 12,16 miliar.
Namun, sentimen pendukung dollar AS masih lebih berpengaruh ketimbang data ekonomi Inggris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News