kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Poundsterling berhasil jadi mata uang dengan kinerja paling apik pada kuartal I-2021


Kamis, 01 April 2021 / 20:10 WIB
Poundsterling berhasil jadi mata uang dengan kinerja paling apik pada kuartal I-2021
ILUSTRASI. Poundsterling berhasil jadi mata uang dengan kinerja paling apik pada kuartal I-2021


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang poundsterling berhasil menjadi valuta asing dengan kinerja paling baik sepanjang kuartal I-2021. Jika disandingkan dengan rupiah, GBP tercatat dalam tiga bulan pertama tahun ini telah menguat 4,27%. 

Kinerja poundsterling jauh lebih unggul dibandingkan dengan dolar Amerika Serikat (AS) yang tercatat mengalami penguatan 3,38%. Berikut daftar kinerja beberapa mata uang utama ketika disandingkan dengan rupiah pada kuartal I-2021:

Mata Uang

Akhir 2020

31 Maret 2021

Return Ytd (%)

GBPIDR

19202.00

20021.12

4.27%

USDIDR

14050.00

14525.00

3.38%

AUDIDR

10831.00

11066.57

2.17%

SGDIDR

10629.00

10807.67

1.68%

EURIDR

17284.00

17062.98

-1.28%

JPYIDR

136.23

131.66

-3.35%

Sumber: Bloomberg

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menuturkan, kinerja cemerlang poundsterling tidak terlepas dari fundamental Inggris yang cukup baik selama kuartal I-2021. Inggris adalah negara pertama yang berhasil dalam melakukan vaksinasi secara masif dan salah satu yang tercepat dalam membuka ekonominya. 

Baca Juga: Dolar AS dijagokan jadi mata uang berkinerja paling apik pada kuartal II-2021

“Faktor lainnya adalah hard brexit yang mampu dihindari, sehingga outlook perekonomian Inggris untung jangka panjang menjadi lebih baik. Padahal masalah Brexit sempat jadi sentimen negatif, namun dengan tercapainya beberapa kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa, maka sentimen negatif tersebut bisa dilalui,” kata Alwi ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (1/4).

Lebih lanjut, Alwi juga bilang, dalam laporan yang dirilis oleh bank sentral Inggris (BoE) pada Februari lalu, menunjukkan industri perbankan perlu waktu setidaknya 6 bulan untuk mengetahui bagaimana merespon suku bunga negatif. Hal tersebut membuat pasar yakin suku bunga negatif tidak akan diterapkan, sebab peluang perekonomian Inggris bangkit semakin besar saat vaksinasi dilakukan secara agresif.

Sementara untuk kinerja dolar AS, Alwi menyebut kinerja positif tersebut tidak terlepas dari kenaikan imbal obligasi pemerintah AS yang naik ke level tertinggi dalam setahun. Naiknya imbal hasil obligasi tersebut dipicu oleh ekspektasi kenaikan inflasi. Hal ini berujung pada munculnya ekspektasi kenaikan suku bunga, meski the Fed sudah berulang kali menyatakan bahwa suku bunga masih akan rendah setidaknya sampai tahun 2023. 

Faktor yang mendorong ekspektasi tersebut adalah bahwa pemulihan ekonomi AS akan lebih cepat karena guyuran stimulus besar-besar dari pemerintahan Joe Biden, yang juga disertai dengan program vaksinasi yang agresif.

Baca Juga: Kurs pajak hari ini 31 Maret-6 April 2021, rupiah menguat atas mayoritas mata uang

Memasuki kuartal II-2021, Alwi meyakini sentimen utama di pasar adalah pemulihan ekonomi yang bergantung pada suksesnya program vaksinasi di sebuah negara. Jika melihat kondisi saat ini, Inggris dan AS menjadi negara yang punya progres paling baik. 

“Dengan begitu, tren kenaikan nilai tukar mata uang dolar AS dan poundsterling kemungkinan bisa berlanjut di kuartal II-2021 nanti. Terkhusus buat dolar AS, adanya pembayaran dividen juga menambah amunisi buat laju positif penguatan dolar AS,” tambah Alwi.

Oleh karena itu, Alwi meyakini investor sepertinya lebih nyaman memegang dolar AS di kuartal II-2021 seiring prospek pemulihan ekonomi yang lebih cepat. Belum lagi, rencana Biden dalam belanja infrastruktur senilai lebih dari $2 triliun akan mempercepat proses pemulihan ekonomi AS, yang nantinya kemungkinan bisa kembali mengangkat yield. 

“Ketika yield obligasi naik, maka selisih imbal hasil AS dengan imbal hasil emerging market semakin menyempit. Dan ini akan mengurangi daya tarik emerging market, yang biasanya menawarkan imbal hasil yang tinggi. Dengan semakin melimpahnya likuiditas dolar AS di Amerika, kinerja dolar AS bisa terus menguat,” pungkas Alwi.

Selanjutnya: Kurs pajak hari ini 17-23 Maret 2021, rupiah melemah atas mayoritas mata uang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×