kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Potensi permintaan besar, KIK EBA konsisten bertumbuh


Selasa, 31 Juli 2018 / 21:38 WIB
Potensi permintaan besar, KIK EBA konsisten bertumbuh
ILUSTRASI. Pencatatan perdana Efek Beragun Aset Mandiri GIAA01


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak kemunculan perdananya di tahun 2009, peluncuran Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) terus bertumbuh setiap tahunnya. 

Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) hingga Selasa (31/7) jumlah outstanding KIK EBA mencapai Rp 11,2 triliun.

Yang terbaru, pada Selasa (31/7) PT Mandiri Manajemen Investasi bersama PT Garuda Indonesia berhasil meluncurkan produk KIK EBA Mandiri GIAA 01 dengan nilai Rp 1,8 triliun.

Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan memproyeksikan penerbitan KIK EBA masih akan meningkat baik dari sisi penerbitan maupun outstanding di pasar.

Potensi KIK EBA tumbuh tinggi berasal dari investor yang semakin familiar dengan produk investasi ini. Tingkat imbal hasil yang menarik dan atraktif juga menarik investor. Selain itu, KIK EBA bisa dijadikan sebagai diversifikasi instrumen investasi. "Potensi demand masih akan cukup besar, jadi kalau ada penerbitan KIK EBA, demand pasti akan ada," kata Ariawan, Selasa (31/7).

Ariawan mengamati imbal hasil KIK EBA dengan obligasi dan medium term notes (MTN) tidak jauh berbeda selama berada dalam rating surat utang yang sama. 

Namun, Ariawan mengatakan imbal hasil pada KIK EBA sedikit lebih premium dibanding surat utang lain karena instrumen ini likuiditasnya masih minim di pasar sekunder. Hal tersebut juga terlihat dari outstanding KIK EBA yang jauh berbeda dengan MTN dan obligasi yang jumlahnya sekitar Rp 400 triliun.

Ariawan mengatakan KIK EBA cocok bagi investor yang memiliki durasi investasi jangka panjang atau disimpan hingga jatuh tempo. Dengan likuiditas KIK EBA yang masih rendah kurang cocok untuk diinvestasikan dalam jangka pendek.

Mengenai asal sektor KIK EBA, Ariawan mengatakan sektor tidak terlalu berpengaruh signifikan dalam menarik investor untuk percaya pada instrumen ini. 

Ariawan mengatakan investor lebih tertarik masuk KIK EBA karena nama besar perusahaan yang mengeluarkan KIK EBA tersebut. Seperti contohnya, kini KIK EBA mayoritas berasal dari perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti PT Bank Tabungan Negara, PT Perusahaan Listrik Negara, PT Jasa Marga dan PT Bank Mandiri.

"Sektor tidak signifikan selama dari BUMN risikonya lebih rendah dan selama cash flow underlying KIK EBA-ya jelas," kata Ariawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×