kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Potensi nasabah pensiunan tak pensiun


Senin, 25 Maret 2013 / 10:46 WIB
Potensi nasabah pensiunan tak pensiun
ILUSTRASI. Marka jalan yang berbeda ternyata juga memiliki fungsinya masing-masing. KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA


Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Sukses PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) menggarap nasabah pensiunan, menggoda PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) untuk menyeruput bisnis dengan pangsa pasar yang serupa. Tak tanggung-tanggung, BMRI memulai langkah awalnya dengan menjalin kerjasama dengan PT Taspen dan PT Pos. Kemudian, BMRI dan dua mitranya akan menjadikan Bank Sinar Harapan Bali, anak usaha BMRI, sebagai pelaksana bisnis pensiunan.

Analis AAA Sekuritas, Adriana Indrajatri mengatakan, selain mudah ditiru, layanan bisnis pensiunan terbukti  menguntungkan. BTPN misalnya. Dengan kontribusi kredit pensiunannya yang menyumbang lebih dari separuh komposisi kreditnya, BTPN bisa membukukan laba bersih diatas 30% per tahun.

Indrajatri menambahkan, bisnis pensiunan memiliki risiko relatif rendah, tapi menawarkan bunga tinggi. "Menariknya, nasabah biasanya tidak terlalu sensitif.  Asal bisa cicil, nasabah mengabaikan bunga tinggi," kata Indrajatri.

Bersandar fakta tersebut, tak heran banyak emiten bank yang ingin masuk di segmen ini. Tapi, pesan Indrajatri, segmen pensiunan bukan hal sepele. Pemain baru masuk harus punya strategi berbeda agar bisa bersaing.

Analis Ciptadana Securities, Syaiful Adrian menambahkan, strategi BMRI dan BJBR berbeda dan menarik. BJBR misalnya. Pangsa pasarnya jelas, yakni pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemda Jawa Barat dan Banten.

Sementara untuk BMRI, mereka justru lebih melirik potensi bisnis mikro ketimbang kredit konsumen. Mengandalkan jaringan PT Pos, BMRI diprediksi Syaiful akan bersaing ketat dengan pemain kredit mikro terbesar yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk  (BBRI). "Dalam lima tahun ke depan sepertinya bisnis mikro BMRI akan melampaui bisnis pensiunan," prediksi Syaiful.

Menuai dua tahun lagi

Kata Syaiful, jangka waktu pinjaman kredit yang relatif pendek, mampu menjaga likuiditas bank. Tak ada hambatan berarti selain pertumbuhan PNS yang terhambat karena ada moratorium penerimaan PNS baru.

Dengan semakin banyaknya bank yang masuk ke bisnis pensiunan, persaingan ke depan tentu akan semakin ketat. Analis Bahana Securities, Teguh Hartanto bilang, persaingan suku bunga tak dapat dihindari lagi. Misalnya saja BJBR sudah menurunkan suku bunga kredit dari 18% menjadi 15%.

Sementara bank besar, lanjut Teguh, juga berpotensi menurunkan suku bunga kredit. Akibatnya, Teguh memprediksikan, dalam lima tahun mendatang, pendapatan bunga bersih (net interest income) bank besar bakal naik tipis, meski volume pinjamannya tumbuh kian besar.

Meski demikian, bisnis pensiunan para pemain baru yang tengah menggalang kerja sama dengan PT Pos dan Taspen tidak bisa serta merta berjalan. Lini usaha ini  diperkirakan baru mulai terlihat hasilnya dalam satu hingga dua tahun ke depan. "Soalnya, pengalihan nasabah itu butuh waktu," tutur Teguh.

Pertumbuhan  lini usaha pensiunan para pemain baru seperti BMRI dan BJBR diperkirakan akan tumbuh pesat. Namun, lini usaha ini tidak akan menjadi tumpuan keseluruhan pendapatan bunga perusahaan.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×