Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pidato Gubernur The Fed Janet Yellen pada akhir pekan lalu membawa tekanan bagi rupiah di hadapan dollar AS. Pelemahan rupiah dapat berlanjut jika data ekonomi negeri Paman Sam menunjukkan hasil positif.
Di pasar spot pada Senin (29/8), nilai tukar rupiah melemah 0,42% ke level Rp 13.267 per dollar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu. Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan rupiah melemah 0,24% ke level Rp 13.275.
Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra memaparkan, rupiah melemah setelah Janet Yellen menunjukkan optimisme kenaikan suku bunga The Fed pada pidato akhir pekan lalu. Kenaikan suku bunga The Fed sebenarnya masih belum jelas mengingat Yellen tidak menyebut dengan pasti waktu kenaikannya. Tetapi kemungkinan naiknya suku bunga di bulan September atau Desember tahun ini menjadi semakin besar.
Selanjutnya, pelaku pasar akan memperhatikan data ekonomi AS yang dirilis Senin malam (29/8). Seperti data Core PCE Price Index bulan Juli dengan prediksi tetap di level 0,1%. Jika hasil data tersebut di atas prediksi, maka penguatan USD dapat berlanjut dan pada akhirnya menyeret rupiah.
"Data Core PCE merupakan indikasi inflasi AS sehingga diyakini menjadi salah satu acuan The Fed menaikkan suku bunga," papar Putu.
Meski bergerak melemah, Putu melihat rupiah masih dalam range wajar. Oleh karena itu, pelemahan rupiah belum terlihat mengkhawatirkan. Apalagi, BI juga menjaga rupiah agar tidak menguat terlalu signifikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News