Reporter: Grace Olivia | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa mata uang poundsterling terhadap dollar Amerika Serikat (AS) kian lesu. Selain faktor tingginya posisi dollar AS saat ini, tingkat inflasi Inggris yang bergerak melambat turut menekan mata uang poundsterling.
Mengutip Bloomberg, Jumat (26/5), pasangan GBP/USD kembali mengakhiri pekan dengan pelemahan, yaitu sebesar 0,53% ke level 1,3309. "Rilis data inflasi yang tidak sesuai konsensus menjadi sentimen negatif buat poundsterling," kata Analis PT Astronacci International Anthonius Edyson, Jumat (26/5).
Memang, pekan lalu data penjualan ritel Inggris di bulan April tercatat naik signifikan dari minus 1,1% menjadi tumbuh 1,6%. Konsensus bahkan hanya memprediksi penjualan ritel Inggris bulan lalu hanya akan tumbuh sekitar 0,8%.
Namun, data ekonomi yang positif tersebut tak cukup menopang GBP/USD. Sebab, di sisi lain, data inflasi Inggris berbicara sebaliknya. Inflasi pada bulan April tercatat hanya 2,4% yoy atau turun dari bulan sebelumnya di level 2,5% yoy. Inflasi inti Inggris turun lebih dalam lagi, yaitu dari 2,3% yoy menjadi 2,1% yoy.
Sementara, meski pidato Gubernur The Fed Jerome Powell pada Jumat tengah malam lalu sama sekali tidak hawkish, posisi dollar masih stabil kuat. Indeks dollar ditutup naik 0,52% ke level 94,21.
Berdasarkan price action analysis, Edyson melihat, GBP/USD masih berpeluang terus melemah pada Senin (28/5). Hal tersebut dikonfirmasi oleh terbentuknya pola bearish continuation ab=cd.
Edyson pun memberi rekomendasi sell on strength bagi pasangan GBP/USD dengan prediksi harga dalam rentang support 1,3233-1,3101-1,3026 dan resistance 1,3767-1,3927-1,3967.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News