Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Survei IHS Markit Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia tercatat di level 47,2 pada bulan September 2020. Level ini menurun dibanding bulan Agustus 2020 yang berada di 50,8.
Asal tahu saja, level tersebut menunjukkan industri manufaktur di Indonesia kembali berada di bawah level ekspansif atau di bawah 50,0. Head of Research Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto mengatakan, penurunan level PMI Manufaktur Indonesia dipicu oleh pengurangan aktivitas ekonomi masyarakat di bulan September seiring kenaikan kasus dan munculnya kluster pabrik maupun kantor.
Di samping itu, pengetatan PSBB yang kembali diterapkan di wilayah DKI Jakarta dianggap semakin memberatkan penjualan dan produksi sektor manufaktur. "Sehingga, berbagai perusahaan melakukan langkah defensif dengan mengurangi kapasitas dan biaya overhead," ungkap David kepada Kontan.co.id, Jumat (2/10).
David menambahkan, kondisi ini mengakibatkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan. Walau begitu, langkah pemerintah melalui program stimulus fiskal dan moneter bisa menjadi penyelamat IHSG untuk sementara.
Baca Juga: IHSG melemah 0,87% pada Jumat (2/10), net sell asing berlanjut hingga akhir pekan
Melihat kondisi pasar saat ini yang memiliki volatilitas tinggi, David mengingatkan investor yang akan masuk ke bursa untuk berhati-hati. Menurut dia, akan lebih aman bagi investor untuk melakukan investasi jangka panjang, apalagi banyak saham terdiskon saat ini.
Sementara untuk investor yang melakukan trading, saat ini adalah kesempatan yang tepat. Sebab, volatilitas tinggi mencerminkan potensi return yang tinggi. Akan tetapi, investor juga perlu lebih berhati-hati sebab return yang tinggi itu memiliki risiko yang tinggi pula.
Untuk jangka panjang, investor bisa mencermati beberapa saham di sektor manufaktur yang menarik. Misalnya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Unilever Indonesia Tbk PT (UNVR), dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang sudah terdiskon dan masih prospektif.
Dia pun merekomendasi buy on weakness untuk jangka panjang setidaknya sampai akhir tahun 2020. UNVR dengan target harga Rp 9.000, ICBP dengan target harga Rp 11.000, dan KLBF dengan target harga Rp 1.750.
Baca Juga: Satgas Covid-19: PSBM yang diterapkan di Jabar terbukti tekan penyebaran Covid-19