Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Harga komoditas platinum gagal mempertahankan penguatannya selama 2 pekan terakhir. Meski sempat mencatatkan level tertingginya sejak November 2016 pada Senin (7/2/2017) di level US$ 1.014,10 per ons troi, tetapi akhirnya tetap mengalami koreksi. Analis melihat masih ada potensi koreksi lanjutan harga platinum hingga sepekan kedepan.
Mengutip Bloomberg, Selasa (7/2) pukul 15.58 WIB harga platinum kontrak pengiriman April 2017 di New York Mercantile Exchange tergerus 0,34% ke level US$ 1.010,10 per ons troi. Namun jika dibandingkan sepekan sebelumnya harganya masih menguat sekitar 1,36%.
Andri Hardianto, analis PT Asia Tradepoin Futures melihat koreksi yang dialami platinum kali ini terjadi karena kondisi industri otomotif yang kurang mendukung. Kian hari permintaan kendaraan bermesin diesel terus mengalami penurunan. Padahal selama ini platinum banyak digunakan sebagai katalis untuk mesin diesel.
Kini permintaan terhadap mesin diesel pun banyak berkurang karena adanya pengawasan lebih ketat di Amerika Serikat. Tahun 2015 lalu, Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat sempat menemukan adanya kecurangan tes emisi pada mesin diesel keluaran Volkswagen.
“Sedangkan dalam penggunaan platinum sebagai perhiasan, sekarang ini juga terjadi penurunan permintaan dari China,” terangnya.
Sedangkan dari sisi pasokan, platinum pun mendapat tekanan dari persoalan kesepakatan upah tambang aluminium di Afrika Selatan masih belum kunjung rampung. Bahkan salah satu produsen yakni Lonmin belum lama ini mengumumkan produksi platinum selama tiga bulan hingga Desember 2016 turun 20% menjadi 137.000 ons.
Hanya saja sampai saat ini kendala pasokan platinum ini masih bisa teratasi dari daur ulang katalis converter berbahan dasar platinum. Kendaraan diesel yang sudah tua diambil lagi catalis converternya untuk digunakan kembali. Skema daur ulang ini dinilai relatif aman untuk mengamankan pasokan.
“Gangguan produksi di Afrika Selatan tidak akan terpengaruh karena masih bisa di daur ulang,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News