Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
NIM di tahun 2020 memang sejalan dengan apa yang diperkirakan manajemen BRI yakni 5,5%. Bahkan lebih rendah dari perkiraan Indo Premier sebesar 6,1%. Penurunan tersebut karena sebagian besar pinjaman direstrukturisasi memiliki bunga yang tinggi.
"Dengan harapan pinjaman yang direstrukturisasi pada Mei hingga seterusnya bukan pinjaman UKM. Kami sepakat dengan manajemen bahwa kontraksi NIM akan makin curam," tulis Jovent dan Anthony dalam riset. Dengan demikian, Indo Premier memangkas asumsi NIM menjadi 5,6% dari asumsi sebelumnya 6,1% di tahun 2020.
Baca Juga: Perbankan mulai rilis laporan keuangan kuartal I, simak rekomendasi analis
Pertumbuhan pinjaman di tahun 2020 tumbuh sebesar 9% secara tahunan dan 3% secara kuartalan. Ini sejalan dengan target BRI yang memperkirakan naik 5% di tahun 2020 jauh lebih kecil dari panduan sebelumnya naik 10% secara tahunan. Meskipun berakhir dengan pertumbuhan yang lebih tinggi karena terjadi keterlambatan pembayaran pokok. "Kami memperkirakan pertumbuhan pinjaman 8% di tahun 2020," tutur analis Indo Premier dalam riset.
Nilai ini menjadi sangat mengejutkan dari pinjaman yang direstrukturisasi dengan ketentuan dapat terjadi selama bertahun-tahun.
Sementara itu, non performing loan (NPL) naik menjadi 2,8% di kuartal I-2020 naik dari kuartal I-2019 sebesar 2,3%. Sedangkan rasio loan to aset di 12,7% pada kuartal I-2020 naik dari 9,9% di kuartal I-2019.
Baca Juga: Mau restrukturisasi kredit Bank BRI? Begini Skemanya
Mengingat nilai pinjaman yang direstrukturisasi sangat mengejutkan, Indo Premier tidak berpikir bahwa provisi dapat sepenuhnya disediakan hanya dalam satu tahun. Karena alasan tersebut, Jovent dan Anthony menyarankan, hold saham BBRI dengan target harga di Rp 2.700 per saham.
Selain NIM, panduan ini sejalan dengan perkiraan atas risiko restrukturisasi. Valuasi ini mencerminkan PBV tahun 2020 sebesar 1,5 kali dan 2,3 kali dalam 10 tahun. Rekomendasi hold juga mencerminkan potensi lebih cepat di semen mikro dari segmen lain. Sedangkan risiko utama adalah tingkat provisi yang lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News