Sumber: KONTAN |
JAKARTA. Rontoknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diikuti dengan penghentian perdagangan sementara oleh Bursa Efek Indonesia sampai kemarin memang cukup menggegerkan. Hampir seluruh saham rontok. Namun, beberapa sektor meranggas lebih dahsyat.
"Sektor pertambangan memiliki kontribusi penurunan terbesar bagi IHSG," kata Analis Danareksa Sekuritas Dimas Angga Negoro. Dalam satu bulan terakhir, sektor pertambangan turun sebesar 46,17% menjadi 1.198,72 poin.
Selain sektor pertambangan, beberapa sektor yang memiliki penurunan tinggi adalah sektor perkebunan yang turun hingga 40,45% menjadi 997,86 poin, sektor industri rupa-rupa turun hingga 30,44% menjadi 258,3 poin.
Hanya sektor produk konsumen yang penurunannya di bawah 20%. Tepatnya sebesar 16,09% menjadi 339,97 poin. Yang agak lumayan adalah sektor keuangan yang turun 20,83% menjadi 177,62 poin. Selain itu, penurunannya bervariasi di antara 20% hingga 30%. IHSG dalam periode satu bulan antara tanggal 8 September 2008 hingga 8 Oktober 2008 sudah turun 28,77%.
Beberapa saham sektor pertambangan yang anjlok cukup dalam adalah saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Saham anak usaha Grup Bakrie ini turun Rp 2.225 dan terakhir dihargai Rp 2.175 per saham sebelum disuspensi BEI. Selain itu penurunan cukup besar dari Adaro yang turun Rp 640 per saham dalam waktu sebulan dan ditutup terakhir pada harga Rp 810 per saham.
Satu lagi sektor pertambangan yang anjlok adalah saham PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) yang ditutup pada posisi Rp 5.250 per saham setelah anjlok hingga Rp 7.000 per saham dalam waktu satu bulan.
Sementara penurunan tajam di sektor perkebunan paling besar dialami oleh PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dengan penurunan hingga Rp 7.550 dalam waktu satu bulan dan terakhir dihargai Rp 8.400 per saham. Sementara induk usahanya, PT Astra International Tbk (ASII) memimpin pergerakan sektor industri rupa-rupa. Saham ASII turun hingga Rp 7.050 dalam waktu satu bulan dan ditutup di harga Rp 12.800 per saham.
Kepala Riset HD Capital Adrian Rusmana bilang, setelah dibuka semua sektor bisa mengalami kenaikan. "Kemungkinan pasar akan positif dengan primadona saham-saham blue chip," kata Adrian. Saham-saham yang diperkirakan banyak peminat antara lain saham PT Indosat Tbk (ISAT) dan Astra International.
Dimas juga memperkirakan IHSG akan bergerak cukup positif karena ada usaha-usaha dari otoritas pasar modal yang paling tidak memberi sinyal positif. Namun, ia masih memilih untuk berhati-hati karena pusat isu di Amerika masih akan berpengaruh cukup kuat terhadap pasar Indonesia. Jadi penguatannya masih kurang mantap. Ia memilih sektor yang cukup defensif untuk diperhatikan. "Sektor-sektor yang memiliki basis dalam negeri seperti produk konsumen dan perbankan," kata Dimas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News