Reporter: Rashif Usman | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor otomotif Indonesia menghadapi tantangan dan peluang yang menarik untuk diperhatikan di tahun 2025. Di tengah dinamika pasar dan sentimen global, investor perlu cermat dalam memilah saham mana yang layak dikoleksi.
Analis NH Korindo Sekuritas, Ezaridho Ibnutama melihat bahwa sepanjang tahun 2024, masyarakat cenderung enggan membeli kendaraan roda empat akibat keterbatasan dana untuk memperoleh barang tahan lama seperti mobil.
Tren ini juga terlihat dari rendahnya minat pembelian mobil dalam beberapa tahun terakhir, yang menciptakan sentimen negatif terhadap emiten seperti PT Astra International Tbk (ASII).
Melirik data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) penjualan mobil nasional tahun ini memang tengah lesu.
Tengok saja, penjualan wholesales nasional pada periode Januari-November 2024 turun 14,7% menjadi 784.788 unit dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 920.518 unit. Adapun penjualan ritel juga melemah 11,2% dari 908.473 unit menjadi 806.721 unit.
Baca Juga: Banyak Sentimen Negatif Dalam & Luar Negeri, Rupiah Diperkirakan Tertekan Tahun Depan
Ezaridho memproyeksikan bahwa tren penurunan minat beli mobil ini akan berlanjut hingga 2025. Oleh karena itu, emiten yang fokus pada komponen otomotif seperti PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) dan PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR) diprediksi memiliki prospek yang lebih cerah dan layak diperhatikan pada tahun 2025.
Menurut Ezardiho, dengan minimnya pembelian mobil baru, masyarakat cenderung memilih merawat kendaraan lama mereka dengan mengganti komponen otomotif dan melakukan perawatan aset yang dimiliki.
"Dalam jangka panjang, komponen otomotif lebih menarik atau lebih defensif untuk tahun depan seperti DRMA, GJTL dan GDYR. Mereka semua bagus untuk dicermati di tahun 2025," kata Ezaridho kepada Kontan.co.id, Jumat (27/12).
Baca Juga: Rekomendasi Saham Multibagger yang Naik Ratusan hingga Ribuan Persen pada Tahun 2024
Guyuran Insentif Otomotif di 2025
Di sisi lain, pemerintah juga memberikan insentif bagi mobil ramah lingkungan berteknologi hybrid mulai tahun 2025. Insentif mobil hybrid tersebut mencakup Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) sebesar 3%.
Analis Mirae Asset Sekuritas Christopher Rusli menilai bahwa pemberian insentif PPNBM sangat diperlukan dan merupakan langkah yang tepat untuk menjaga daya saing Hybrid Electric Vehicle (HEV) serta mempertahankan penjualan mobil yang kuat di tahun 2025.
"Kami menilai langkah ini sebagai sentimen positif bagi ASII mengingat posisi mereka sebagai pemimpin di sektor HEV di Indonesia," tulis Christopher dalam risetnya, Rabu (18/12) lalu.
Selain kendaraan hibrida, Christopher juga mengatakan bahwa pemerintah terus memberikan insentif untuk kendaraan listrik (EV), termasuk keringanan pajak untuk model yang diimpor secara utuh (CBU) dan yang dirakit secara lokal (CKD).
"Langkah-langkah ini bertujuan untuk membuat kendaraan listrik (EV) lebih terjangkau dan mudah diakses, serta mendorong lebih lanjut adopsi kendaraan energi bersih," tutur Christopher.
Baca Juga: Insentif PPN DTP Berlanjut di 2025, Simak Rekomendasi Saham CTRA, SMRA, PWON, LPKR
Insentif juga diperluas untuk kendaraan listrik dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) tinggi, sehingga memperkuat produksi dalam negeri sambil mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Christopher merekomendasikan untuk buy ASII di target harga Rp 6.200 per saham.
Namun, Ezaridho menilai pemberian insentif untuk mobil hybrid belum mampu menjadi katalis positif bagi emiten otomotif.
Ia juga mencatat, meskipun insentif untuk mobil listrik telah diterapkan dalam beberapa tahun terakhir, dampaknya masih terbatas. Peningkatan signifikan pada penjualan mobil listrik sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh efek dasar rendah atau low base effect.
"Insentif untuk mobil hybrid tidak menjadi sentimen positif yang dapat mendorong peningkatan volume penjualan mobil secara signifikan untuk tahun depan," jelas Ezaridho.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News